TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Satu per satu, orangtua walimurid SDN Kauman 3 Kota Malang yang menjadi korban pencabulan mulai buka suara.
LY, seorang walimurid yang anaknya menjadi korban mengatakan bahwa IM telah menyentuh dan meraba payudara putrinya.
Peristiwa itu terjadi pada akhir 2018 lalu. LY mendengar sendiri cerita itu dari putrinya.
LY bertanya ke putrinya atas perintah dari komite sekolah.
"Saya dapat pesan dari komite untuk menanyakan anak saya. Pelan-pelan saja bertanyanya," kata LY menceritakan kembali, Selasa (12/2/2019).
Kemudian si anak mengaku kalau IM pernah menyentuh bagian perut hingga payudaranya. Kelakuan itu dilakukan IM saat mengajar olahraga di halaman sekolah.
"Anak saya saat itu sedang belajar voli. Kemudian dari belakang IM langsung saja," ungkapnya kepada Tribunjatim.com.
• Polisi Dalami Laporan Dugaan Pencabulan di SDN Kauman 3 Malang, Korban Dibawa ke RS Untuk Visum
• Fadli Zon Tolak Minta Maaf Atas Puisi Doa yang Ditukar: Tak Ada Hubungannya dengan Mbah Moen
• Pesta Miras di Watulimo Trenggalek Dilakukan di Banyak Tempat, Jumlah Korban Bisa Bertambah
Sebelumnya, berdasarkan keterangan LY, pihak sekolah pernah menanyakan langsung ke para murid yang pernah disentuh IM. Putri LY pun mengaku saat ditanya guru di sekolah.
Setelah itu, pada 29 Januari 2019 ada pertemuan di SDN Kauman 3. Peserta yang datang lebih dari 20.
LY mengatakan kalau peserta undangan adalah walimurid yang anaknya menjadi korban. Dalam pertemuan itu, sejumlah orangtua menangis ketika menceritakan kembali cerita anaknya yang menjadi korban pelecehan.
"Di UKS yang lebih parah. Disuruh memegang kemaluannya," ungkapnya kepada Tribunjatim.com.
Sepulang dari pertemuan itu, LY semakin waspada terhadap anaknya. LY merasa tidak nyaman ketika anaknya bermain keluar rumah.
"Soalnya kan rumahnya dekat dari sini. Takutnya pas IM keliaran," ujarnya.
LY juga mengantar dan menjemput putrinya di sekolah. Sebelumnya hanya sebatas mengantar saja.
Pasalnya ada yang trauma yang hinggap di LY.
"Saya ingin pelaku dihukum seberat-beratnya. Tidak cukup hanya dikantorkan. Harus ada efek jera," harapnya.
Terkait laporan ke polisi, LY juga akan melapor apabila semua orangtua walimurid yang menjadi korban melapor. Ia pun berharap, para orangtua walimurid bisa ramai-ramai melapor.
"Saya ngikut saja. Kalau mau lapor ya lapor," paparnya.
Harapan serupa juga disampaikan NM, walimurid lainnya. Ia berharap orangtua walimurid yang anaknya menjadi korban bisa melapor ke polisi.
"Demi anak-anak kita," katanya.
Dengan melapor ke polisi, menurut NM, itu sebagai bentuk dukungan orangtua kepada anaknya. Kata NM, jangan sampai anak merasa tidak diperhatikan karena orangtua terkesan tidak membela si anak.
NM sendiri sudah melapor ke polisi. Hingga saat ini, polisi baru menerima dua laporan.
Padahal, ada 20 anak, bahkan lebih, yang menjadi korban pelecehan di SDN Kauman 3. (Benni Indo/Tribunjatim)