Rumah Politik Jatim

Ke Jatim, Jusuf Kalla Singgung Soal Dwifungsi ABRI hingga Puisi Neno Warisman: Namanya Kampanye

Penulis: Luhur Pambudi
Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase Jusuf Kalla dan Neno Warisman

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Wacana Dwi fungsi ABRI menjadi topik yang cukup menarik untuk dibahas sejumlah orang.

Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla pun ikut angkat bicara terkait wacana ini saat berkunjung ke Surabaya pada Sabtu (23/2/2019).

Pada kesempatan itu, Jusuf Kalla menghadiri Perhelatan Forum Silaturahim Gawagis Nusantara di Whydham Hotel, Jalan Basuki Rakhmat No 67, Surabaya.

"Saya kira dwi fungsi macam itu tidak ada," katanya pada awakmedia.

Pengakuan SBY Soal Keinginan Gus Dur Bubarkan DPR dan MPR, Berawal dari Pernyataan yang Dipelintir

Masuknya perwira aktif TNI ke dalam berbagai struktur lembaga sipil, bagi Jusuf Kalla, tak harus ditanggapi secara sinis.

"Mereka pegawai negeri terikat dengan aturan UU," lanjut mantan Ketum Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia itu.

Mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Makassar tahun 1966 itu mengganggap, kalau toh ada perwira yang menjabat dalam struktur yang dimaksud, artinya perwira itu sudah melalui tata cara peraturan yang sah dan disepakati banyak pihak.

"Perwira yang menjabat di lembaga-lembaga sipil, itu tentu sangat terpilih sesuai aturannya," tandasnya.

Repon soal puisi Neno Warisman

Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla menyebut puisi yang dilantangkan Neno Warisman dalam acara Munajat 212 adalah bentuk kampanye yang keliru.

Hal itu diutarakan Jusuf Kalla usai menghadiri acara Forum Silaturahmi Gawagis Nusantara di Hotel Wyndham Surabaya, Sabtu (23/2/2019).

Pada awak media, Jusuf Kalla mengatakan, lebih baik menggunakan metode kampanye yang benar, terlebih puisi Neno Warisman berisi cukup keras dan menyinggung masalah agama.

"Saya rasa keliru. Ya namanya kampanye, tapi kampanye yang keliru," kata Jusuf Kalla.

Sebagaimana ramai diberitakan, Neno Warisman dalam acara Munajat 212 membacakan puisi.

Namun di bagian akhir dari puisi Neno Warisman menimbulkan berdebatan.

Berikut cuplikan puisi Neno Warisman:

Namun kami mohon jangan serahkan kami pada mereka
Yang tak memiliki kasih sayang pada kami dan anak cucu kami
Dan jangan, jangan Engkau tinggalkan kami dan menangkan kami
Karena jika Engkau tidak menangkan
Kami khawatir ya Allah
Kami khawatir ya Allah
Tak ada lagi yang menyembah-Mu

Lebih lanjut, dalam acara bersama seribu kiai muda atau gus se-Indonesia itu, Jusuf Kalla juga membahas masalah Pemilu yang tinggal menghitung hari.

Menurutnya, Pemilu menjadi ajang demokrasi untuk memilih pemimpin yang terbaik.

"Kita ingin demokrasi yang tidak nepotisme dan tidak korupsi. Sekarang tinggal dua pilihan. Saat saya dengan Pak Jokowi, kita belum pernah bicara masalah bagi-bagi proyek. Secara pribadi nggak pernah. Nggak ada kita bicara sesuatu tanpa rapat. Artinya sangat demokrasi," tegas Jusuf Kalla.

Jusuf Kalla juga menyinggung anak-anak Jokowi yang tidak ada bermain proyek pemerintah.

Dia mengatakan, semua anak-anak Jokowi mandiri, jualan martabak, jual kopi dan juga jualan pisang nugget goreng.

"Beda sama yang dulu, tangani proyek ini itu. Kalau sekarang tidak ada," imbuhnya.

Lebih lanjut, Jusuf Kalla mengatakan, ada dua hal yang membuat negara hancur, yaitu negara yang pemerintahannya otoriter dan yang kedua adalah pemerintahannya korupsi, kolusi dan nepotisme.

"Jadi insyaallah negeri ini akan aman jika pemerintahan berlanjut. Jika ingin nepotisme dengan otoriter, itu adalah awal kehancuran negara," katanya.

"Insyaallah apalagi kita konsekuen dengan pemimpin yang tidak otoriter," lanjut Jusuf Kalla. (Surya/Fatimatuz Zahroh)

Berita Terkini