TRIBUNJATIM.COM, TRENGGALEK - Dari kejauhan puncak Tebing Lingga terlihat hijau memesona. Tebing yang berdiri hampir 90 derajat ini kini disulap menjadi sebuah tempat wisata alam yang indah.
Tidak ada kesan wilayah ini dulunya sumber bencana karena kerusakan alam yang parah.
Tebing Lingga berada di Dusun Tawang, Desa Nglebo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Jaraknya hanya 20 kilometer dari pusat kota Trenggalek. Sekitar tahun 2000, wilayah ini menjadi pusat penambangan batu di Trenggalek.
"Penambangan besar-besaran, bebatuan diambil untuk bahan bangunan. Mungkin saat itu pembangunan di Trenggalek batunya dari sini," kenang Fals Yudistira (37), Ketua Karang Taruna Desa Nglebo.
Akibat penambangan ini sangat merusak alam sekitar Tebing Lingga. Banyak sawah warga yang hilang, masuk daerah aliran sungai alam yang melintas di bawa tebing.
Bahkan saat musim hujan, wilayah ini menyumbang bandir di wilayah Kecamatan Suruh.
Air bercampur material tanah meluncur bebas ke arah bawah. Polres Trenggalek kemudian melarang penambangan di sekitar Tebing Lingga, di tahun 2009. Larangan ini kemudian dikuatkan dengan peraturan desa (Perdes).
• Usung Romantic Bride, Laksmi Wedding Muslimah Hadirkan Gaun Pancarkan Kecantikan Alami
• Cuci Gudang Gramedia Obral Buku Murah Mulai Rp 5 Ribu dan Diskon Sampai 70 Persen
• Ahmad Dhani Tulis Surat Untuk El Jalaludin Rumi yang Ada di Inggris
Meski sempat menuai demo besar-besaran, pelarangan ini membuahkan hasil. Penambangan batu di sekitar tebing berhenti. Sembilan tahun lamanya bekas area penambangan dibiarkan begitu saja.
"Warga sekitar sebenarnya ingin tebing lingga menjadi lokasi wisata. Tapi waktu itu kami tidak tahu harus memulai dari mana," ucap Fals kepada Tribunjatim.com.
Beberapa kali Tebing Lingga dikunjungi para penggemar panjat tebing. Dengan ketingian 360 meter dan kemiringan nyaris 90 derajat, tebing ini menjadi idola para pemanjat tebing. Warga punya kenangan, tebing ini pernah digunakan latihan oleh Komanda Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD selama satu bulan.
Namun warga tidak punya kemampuan untuk membuat Tebing Lingga menjadi lokasi wisata. Fals adalah sosok yang berjasa membangkitkan wisata Tebing Lingga. Ayah dua anak mulai menyulap lokasi tebing bersama mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung, pada Februari 2018 lalu.
"Waktu itu modal kami hanya Rp 5.000.000 untuk membangun gasebo dan spot selfie (swafoto). Sejak itu kami mulai melakukan promosi dan penambahan fasilitas," terang Fals kepada Tribunjatim.com.
Fals mengaku beruntung, upayanya mendapat dukungan penuh dari warga dan pemerintah desa setempat. Bersama para pemuda, Fals kemudian mendirikan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Nama Wisata Tebing Lingga (WTL) semakin diperkenalkan secara luas.
Untuk menggali dana, Fals yang juga menjadi ketua Pokdarwis sering mengadakan kegiatan, seperti menyediakan fasilitas komunitas trail. WTL juga dibawarkan untuk merayakan ulang tahun. Dana yang dihasilkan digunakan untuk pengembangan.
Berkat kegigihan Fals dan kawan-kawan, WTL pernah dinobatkan sebagai inovasi desa terbaik Kabupaten Trenggalek tahun 2018. Fals bercita-cita mengubat Desa Nglebo menjadi desa wisata dengan WTL, dan mampu memberdayakan ekonomi warga.
"Keinginan warga sudah sangat besa, hanya saja mereka butuh dorongan. Ke depan mungkin kami akan gandeng banyak pihak, mulai dari mahasiswa hingga ibu-ibu PKK," ucap laki-laki yang biasa dipanggil Pak Mulut ini.
Saat ini WTL menawarkan wisataalam yang komplit. Di sini hanyak disediakan titik swafoto maupun tempat nongkrong, untuk menikmati keindahan Tebing Lingga. Fals baru saja membangun fasilitas flying fox dengan dana utangan, dan kerja sama pihak ke-3.
Flying fox di WTL cukup menantang, karena meluncur di atas lembah. Wisatawan meluncur di atas pucuk-pucuk pohon sengon yang tumbuh di dasar lembah. Selain itu ada sungai alam yang mengalir di bawah tebing.
"Sungai ini rencananya akan dimanfaatkan untuk wisata river tubing. Saat ini sungai ini dimanfaatkan untuk bermain anak-anak," katanya.
WTL saat ini tengah dijajaki untuk tempat paralayang. Ke depan WTL bukan hanya tempat wisata keluarga, namun juga wisata minat khusus, seperti panjat tebing. Upaya Fals dan kawan-kawan cukup berhasil untuk menyulap WTL menjadi destinasi wisata yang diminati.
"Terhitung sejak rintisan Februari 2018 sampai Desember 2018, wisatawan yang datang 6000 orang. Sangat menjanjikan untuk sebuah tempat wisata baru," pungkas Fals. (David Yohanes/TribunJatim.com).