Mendapatkan laporan itu, SBY pun menanyakan alasannya kepada Purnomo Yusgiantoro.
• VIDEO: Adegan Blunder Gianluigi Buffon di 16 Besar Liga Champions antara PSG vs Manchester United
• Entrepreneur Plus Festival 2019, Rektor Unusa: Kami Siapkan Mahasiswa di Bidang Kewirausahaan
"Ya, takut melanggar HAM. Tapi ada negara lain yang pada prinsipnya ok," jawab Purnomo Yusgiantoro.
SBY kemudian menanyakan negara mana saja yang mau menjual, dan negara mana yang tidak mau menjual.
"Belanda tidak mau jual tank Leopard. Jerman mau. Kemudian Amerika siap hibahkan F-16 dan jual helikopter serang Apache. Australia siap hibahkan pesawat C-130 Hercules," terang Purnomo Yusgiantoro.
• Liga Champions, PSG vs Manchester United: Gianluigi Buffon Blunder, MU Berangkat ke Perempat Final
• Bayi Berkaki Tak Sempurna Dibuang Ibunya di Makam Sumenep, Pelaku Klaim Sudah Punya Banyak Anak
Mengetahui jawaban Purnomo Yusgiantoro, SBY pun langsung bereaksi.
"Baik. Jangan beli ke negara yang gaduh. Masih banyak yang mengerti bahwa Indonesia tidak ada niat untuk menjadi negara pelanggar HAM. Mereka tidak paham Indonesia era kini. Kita pun, kalau di dalam negeri mampu bikin sendiri kita beli produksi dalam negeri. Itu kan uang kita," jawab SBY saat itu.
• Nikmatnya Makan Masakan Khas Didampingi Sinom Segar dari Taman Belakang Hotel Ibis Budget Surabaya
• Ramalan Zodiak Kamis, 7 Maret 2019: Aquarius Tegang, Capricorn Ambil Risiko, Virgo Terluka
SBY Bocorkan SMS Kemarahan Orang yang Tak Dipilihnya Jadi Menteri, Ani Yudhoyono Ungkap Sebabnya
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pertama kali naik menjadi Presiden Indonesia ke-6 pada tahun 2004 lalu.
Saat itu, SBY berpasangan dengan Jusuf Kalla atau JK.
SBY menjadi presiden untuk pertama kali setelah mengalahkan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi pada putaran kedua.
Begitu terpilih menjadi presiden, SBY pun menyusun kabinetnya, yang belakangan dinamainya sebagai Kabinet Indonesia Bersatu.
Sejumlah nama pun masuk ke dalam kabinet yang telah disusun oleh SBY tersebut.
Terkait penyusunan kabinetnya, SBY pun memiliki sebuah cerita di baliknya.
Cerita itu disampaikannya dalam buku yang berjudul "SBY Selalu Ada Pilihan" terbitan Kompas tahun 2014 lalu.
Dalam buku itu, SBY mengungkap sejumlah reaksi dari berbagai orang pasca pengumuman nama-nama yang masuk ke dalam kabinetnya.