Buku 'Grisse Kota Bandar' Ungkap Sisi Lain Denyut Nadi Gresik Lewat Lensa Kamera

Penulis: Januar AS
Editor: Sudarma Adi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Chusnul Cahyadi bersama buku karyanya Grisse Kota Bandar

TRIBUNJATIM.COM, GRESIK - Gresik sudah lama dikenal sebagai kota bandar, dan perdagangan.

Gresik sendiri berdiri sekitar abad ke-14.

Pada awal berdirinya Gresik juga memiliki seorang bandar wanita yang bernama Nyai Ageng Pinatih.

Sejak saat itu, Gresik pun berkembang sangat pesat.

Jelang Keberangkatan Calon Jemaah Haji, Kemenag Kabupaten Gresik Siapkan 10 Petugas Pendamping

Sebagai kota perdagangan, pelabuhan di Gresik kala itu tak pernah sepi dari kapal-kapal yang merapat.

Bahkan, saat memasuki era kolonial, Gresik masih memegang peranan penting sebagai kota dagang di samping Surabaya.

Kini Gresik telah menjadi kota industri.

Kultur lama dan peradaban modern pun berpadu di Gresik.

Banyak sisi menarik yang memang layak untuk diangkat.

Buku Grisse Kota Bandar (TRIBUNJATIM.COM/ JANUAR ADI SAGITA)

Hal itu pula yang membuat seorang jurnalis asal Gresik, Chusnul Cahyadi membuat sebuah buku tentang Gresik berjudul "Grisse Kota Bandar".

Uniknya, buku karya pria yang kerap disapa Ayok tersebut, tidak banyak menampilkan tulisan layaknya buku pada umumnya.

Ayok justru menampilkan keindahan, dan sisi lain Gresik dari tangkapan kamera miliknya.

Dalam buku itu, Ayo memajang berbagai foto miliknya.

Foto-foto tersebut merupakan karyanya selama menjadi jurnalis di sebuah surat kabar.

"Foto-foto ini saya ambil sejak tahun 2008, hingga 2018," ucap Ayok kepada TribunJatim.com, Rabu (13/3/2019).

Meski demikian, untuk menyusun semua karyanya menjadi sebuah buku, Ayok hanya membutuhkan waktu sekitar tiga bulan.

"Jadi hampir tiga bulan itu saya tidur sekitar jam 2 pagi, milih-milih foto, cari-cari foto lama. Saya kumpulkan, saya setting sendiri, saya print," terang Ayok.

Selama proses pemilihan bahan itu, Ayok juga mengonsultasikannya pada orang lain.

"Ya semacam kurator tidak resmi," lanjut Ayok.

Ayok mengungkapkan, awalnya foto-foto dalam bukunya itu akan ditampilkan dalam bentuk hitam putih.

Namun, karena pertimbangan nilai keindahan, Ayok pun mengurungkan niatnya.

"Sepertinya akan jadi kumuh, jadi saya bikin full colour," jelas Ayok.

Hasilnya pun cukup memuaskan Ayok.

Bahkan, menurut Ayok buku tersebut juga mendapatkan apresiasi dari Bupati Gresik, Sambari Halim Radianto.

Itu terbukti dari adanya tulisan Sambari dalam buku karyanya itu.

"Pak Bupati ikut menulis di Sekapur Sirihnya, dan fotonya juga terpajang waktu naik kuda saat memerankan tokoh Sunan Giri," tutur Ayok.

Sedangkan mengenai pemilihan judul buku itu yang menggunakan kata "Grisse", Ayok memiliki alasan khusus. 

"Grisse itu kan bahasa Belanda. Sedangkan orang dulu itu lebih mengenal kata Grisse daripada Gresik," terang Ayok.

Ayok berharap, bukunya itu mampu menginspirasi masyarakat Gresik untuk lebih mencintai kotanya.

"Karena sebenarnya memang masih banyak yang belum tereksplorasi soal Gresik ini. Padahal kotanya itu enak, suasananya bikin kangen," pungkas Ayok.

Berita Terkini