Di sisi lain, Surokim menyebut di balik rasionalnya pemilih menurutnya ada juga psikologi massa pemilih kita yang mellow. Yaitu selalu berpihak dan memberi dukungan secara diam kepada pihak yang dirasa dizhalimi.
Sehingga dukungan pejabat publik harus tetap proporsional, patut dan wajar jangan berlebihan karena bs berbalik di level psikologi publik pemilih diam (silent voters).
"Jadi harap hati hati para pejabat publik kita terlibat dalam kampanye terbuka. Memang unik dan beragam jenis pemilih di masyarakt kita. Jadi harus selalu dihitung pemilih diam kita karena biasanya masih majority," pungkas Surokim.
Masyarakat yang ekpresif dan reaktif sebenarnya jumlahnya belum terlalu besar dan masih kalah dengan mereka yang diam. Dan itu juga mengapa jumlah undecided dan swing selalu bisa mengalahkan strong voters dalam pemilihan.
"Kadang orang nggak mau menyampaikan pendapat karena takut beda dan juga nggak mau konflik terbuka. Ciri khas pemilih Jawa memang begitu, tidak ekspresif dan cenderung banyak memilih diam," jabarnya.
(Fatimatuz zahroh/Tribunjatim.com)