Namun, peserta yang melakukan "micro break" cenderung memiliki detak jantung kebih rendah alias mengalami stres yang lebih ringan.
Peserta yang melakukan "micro break" juga membuat sedikit kesalahan.
Temuan ini mengilhami lebih banyak penelitian yang telah dilakukan selama hampir tiga dekade terakhir.
Semua riset tersebut membuktikan, "micro break" memang ampuh untuk mengurangi stres, membuat pekerja mampu berkonsentrasi dan pekerjaan terasa lebih menyenangkan.
• INFO SEHAT HARI INI - 5 Manfaat Buah Duku, Jaga Kesehatan Jantung hingga Bantu Pertumbuhan Tulang
Jadi, bagaimana cara melakukan "micro break" dengan tepat?
Ada banyak aktivitas yang bisa kita lakukan untuk "micro break". Semua itu tergantung pada selera.
Jadi, tidak ada konsensus mengenai cara terbaik untuk melakukannya.
Pakar "micro break" sekaligus mahasiswa strata tiga dari University of Illinois, Soonyeol Kim mengungkapkan pandangannya.
Dia mengatakan hanya ada dua aturan dalam melakukan "micro break", yaitu dilakukan dalam durasi singkat dan sukarela.
Dengan kata lain, selama itu berfungsi, kita bisa melakukan segala aktivitas "micro break" yang kita sukai.
Satu catatan penting adalah kita tak boleh melakukan sesuatu yang justru membuat kita merasa lebih lelah.
"Salah satu komponen kunci dari istirahat yang efektif adalah melepaskan beban psikologis, yang mengacu pada pelepasan mental dari hal tentang pekerjaan," ucap dia.
Ini hal penting untuk diingat, karena beberapa 'istirahat' yang paling populer seperti menikmati camilan manis, minum kafein, atau melampiaskan masalah- justru bisa mendatangkan rasa lelah yang lebih besar.
Tapi, ini bukan berarti kita tak boleh melakukan semua bentuk sesi relaksasi yang populer itu.
Yang terpenting, selama kita melakukannya jangan pernah memikirkan pekerjaan. Itu semua tergantung tujuan kita. Dan, sebaiknya kita mencoba berbagai jenis "micro break".