1 Tahun Serangan Bom Surabaya

Anggap Bom di Mapolrestabes Surabaya Sebagai Aib, Pihak Keluarga Enggan Bicara Banyak

Penulis: Luhur Pambudi
Editor: Yoni Iskandar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bom Bunuh Diri di Surabaya yang Melibatkan Wanita dan Anak-anak

Sesaat melewati pintu pagar depan rumah, ternyata di dalamnya terdapat tiga ruang utama yang membentuk pola huruf 'U'.

Teras halaman rumah seluas 3 m x 4 m yang menjelma rongga huruf 'U' itu tampak sesak, karena terdapat dua buah motor yang terpakir secara berdempetan di dalamnya.

Dari balik pintu di sebuah ruangan yang menghadap selatan, munculnya seorang pria mengenakan kaus berwarna merah menjawab uluksalam sekaligus menjabat tangan TribunJatim.com dengan intonasi suara yang cenderung datar dan nada bicara yang berat.

Pria itu namanya Bambang. Kakak pertama Erna.

Selama ini, Bambang tinggal mendampingi kedua orangtuanya, bersama adiknya bernama Heri.

Bambang menyambut kami cukup hangat, kendati demikian ia terbilang irit bicara.

Beberapa pertanyaan yang kami lontarkan, dijawabnya dengan singkat, meski dengan bahasa krama ngoko khas Suroboyoan.

Ia terbilang sangat berhati-hati menjawab beberapa pertanyaan pembuka yang kami ajukan.

Hingga tiba pada suatu momen yang membuat wajah sumringah Bambang berubah menjadi raut wajah murung saat nama adik ketiganya kami sebut.

"Gak mas, enggak wani aku ngomong ngunu iku mas (Tidak berani mas, bicara seperti itu)," katanya dengan nada bicara yang sangat berbeda dari beberapa menit sebelumnya, Selasa (7/5/2019).

Bambang menolak memberikan keterangan apapun perihal insiden ledakan bom di Mapolrestabes Surabaya setahun lalu yang menempatkan adik kandung dan tiga keponakannya sebagai pelaku ledakan.

Ia berdalih, hal itu merupakan aib keluarga yang tak lagi ingin menjadi perbincangan di dalam rumahnya.

"iku kan aib mas, opo maneh iki yo posoan, aku gak gelem mas (itu kan aib, apalagi ini bulan puasa, saya gak mau mas)," ucapnya.

Saat ditanya perihal kondisi keluarganya selama setahun pasca insiden tersebut. Bambang menjawab, keluarganya tidak mengalami perlakuan aneh apapun dari warga sekitar.

"penolakkan teko sopo mas. Gak ada itu, mending takok Pak RT ae lho, iku yo podo ae (penolakkan dari siapa mas? Gak ada itu mending tanya Pak RT aja, itu juga sama saja)," lanjutnya.

Halaman
123

Berita Terkini