TRIBUNJATIM.COM - Ramalan Gus Dur atau Abdurrahman Wahid, dibongkar oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj.
Said Aqil Siradj membongkar ramalan Gus Dur soal munculnya sosok ustaz dadakan.
Gus Dur atau yang memiliki nama lengkap Abdurrahman Wahid adalah Presiden keempat RI.
Selain dikenal sebagai seorang presiden, Gus Dur juga merupakan seorang ulama yang disegani.
• Tak Ada yang Menggubris, Ucapan Bu Tien Sebelum Wafat Jadi Bukti Kekuasaan Soeharto Bakal Berakhir
Gus Dur juga merupakakan cucu dari pendiri NU, Hasyim Asyari dan putra dari Menteri Agama era Soekarno, Wahid Hasyim.
Keistimewaan Gus Dur yang kerap menjadi buah bibir di masyarakat adalah mengenai ramalan-ramalannya yang kerap tembus atau terjadi.
Kali ini, dalam kesempatannya hadir dalam wawancara bersama Najwa Shihab di Narasi TV, Said Aqil membeberkan mengenai ramalan Gus Dur tentang ustaz dadakan yang kini terbukti telah terjadi.
"Baca buku kedokteran, sudah selesai baca, paham dikit-dikit lah, pasang papan nama, Said Aqil menerima pasien jam 8 sampai jam 10 kira-kira bisa gak tuh," kata Said Aqil di Narasi TV, Jumat (15/3/2019).
• SBY Bongkar SMS Kemarahan Orang yang Tak Terpilih Jadi Menterinya, Ani Yudhoyono Ungkap Sebabnya
"Saya baca buku tentang komputer tentang mesin, selesai baca satu buku, menerima servis komputer, enggak bener dong."
"Kamu jangan memasuki wilayah yang kamu nggak ngerti."
"Gus Dur sudah prediksi, waktu Gus Dur masih Ketua PBNU, 'nanti akan datang masa, ada orang bukan keturunan pesantren dipanggil ustaz', Gus Dur sudah prediksi."
"Banyak Gus Dur itu, bahasa kita-nya Gus Dur mendapatkan wangsit (petunjuk) ya, direct illumination dari Allah yang menunjukkan hal-hal yang akan datang," imbuh Said Aqil.
• SBY Bongkar ke Publik SMS Orang Terkait Pergantian Kapolri, Minta Calonnya Dipilih, Siapa Pelakunya?
Said Aqil menjelaskan, pernyataan Gus Dur itu disampaikan jauh waktu sebelum Gus Dur menjabat sebagai Presiden RI.
Tampaknya, perkataan Gus Dur tersebut relevan dan benar-benar terjadi hari ini.
Said Aqil melanjutkan, adanya ustaz dadakan sangat berbahaya bagi kehidupan beragama.
Terlebih jika ustaz dadakan tersebut menyerukan kebencian dan saling mengkafirkan.
• Pengakuan SBY Saat Ditolak Gus Dur Jadi KSAD, Ada Pihak Tertentu Jadi Sebab, Keluarga Sampai Sedih
"Sangat-sangat berbahaya, kalau orang sesama Islam saja gampang mengkafirkan, very-very danger, tidak ada danger selain ini," kata Said Aqil.
"Yang Islam itu seperti apa? Hanya mereka saja, yang lain kafir gitu?," imbuh Said Aqil.
Said Aqil menilai, keislaman tidak sekedar tercermin dari penampilan dan pakaian.
Melainkan keislaman tercermin dari kebaikan yang dilakukan kepada sesama manusia.
"Islam bukan pakaian, orang Islam adalah orang yang temannya tidak terganggung melalui lisannya dan tangannya," kata Said Aqil.
Lebih lanjut, Said Aqil mengajak segenap pihak untuk mengintrospeksi diri.
Juga bersikap proporsional dalam mencari rujukan informasi.
"Mari kita bicara profesional dan proporsional. Bicara agama yang ahli agama, bicara politik ya politisi, bicara ekonomi ya bankir atau ekonom."
"Tolong yang bukan ahli agama jangan bicara agama."
"Saya tidak menuduh siapa-siapa, secara umum," ungkapnya.
Ziarahi Pusara Gus Dur, Rieke Diah Pitaloka Menangis Sampai Ungkap Kebiasaan Almarhum Tiap Jumat
Makam mantan Presiden Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur diziarahi oleh Rieke Diah Pitaloka.
Politikus PDI Perjuangan itu bersimpuh di pusara mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), di Kompleks Ponpes Tebuireng Jombang, Kamis (2/5/2019).
Perempuan yang melejit sebagai pemeran Oneng dalam sinetron bersambung 'Bajaj Bajuri' ini membalut tubuhnya dengan baju panjang putih.
Demikian juga kerudung warna putih juga bertengger di kepalanya.
Rieke terlihat komat-kamit membaca doa dengan mata terpejam.
Bahkan terlihat butiran air matanya mengalir di kedua pipinya, saat bersimpuh itu.
Di makam tersebut, Rieke ditemani sejumlah aktivis buruh, yang semuanya bersimpuh.
Mengirim doa untuk sang guru bangsa.
Suasana khidmat pun menyeruak di areal keluarga besar pesantren Tebuireng Jombang itu.
Seusai berdoa Rieke dan rombongan meninggalkan makam.
Saat keluar dari area makam itulah, terlihat menyeka air matanya dengan tisu putih.
Bagi Rieke, Gus Dur sangat istimewa.
Seorang sahabat, guru, orang tua.
"Gus Dur orang yang pertama kali membawa saya ke kancah politik. Gus Dur yang mengajarkan saya politik kemanusiaan. Di dalam politik, itu landasannya. Tujuan kita menegakkan keadilan dan kemanusiaan," ujar Rieke saat diwawancara awak media.
Sebelum berziarah ke makam Gus Dur, Rieke menjadi narasumber 'Seminar Nasional tentang RUU PKS (Rancangan Undang-undang Penghapusan Kekerasan Seksual)' di Aula KH Yusuf Hasyim Ponpes Tebuireng.
Di forum tersebut Rieke juga sempat merekam ulang perjalanan politiknya.
Lagi-lagi, semua itu tidak lepas dari peran Gus Dur.
Rieke berkisah, dirinya dan Gus Dur berteman cukup lama.
Saat Gus Dur masih hidup, hampir setiap Jumat, Rieke, Franky Sahilatua, Ki Slamet Gundono, serta seorang anak indigo, Albert, selalu berkumpul di kantor PBNU.
Hal itu merupakan kebiasaan dari Gus Dur.
"Setelah salat Jumat kita selalu kumpul untuk diskusi. Saya juga pernah menemani Gus Dur saat cuci darah. Dalam ruangan itu hanya ada saya, Prof Mahfud MD, serta Gus Dur sendiri. Pak Mahfud pasti masih ingat," cerita Rieke.
Rieke melanjutkan, semenjak Gus Dur wafat, dirinya sebenarnya tidak pernah mau melihat makam mantan Ketua Umum PBNU tersebut.
Rieke juga tidak hadir saat Gus Dur dikebumikan.
"Karena saya selalu ingin merasakan Gus Dur masih hidup. Gus Dur guru saya, sahabat saya, orang tua saya," kata Rieke, dengan suara mendadak kian lirih.
Rieke mengaku menceritakan sosok Gus Dur, karena Gus Dur pula yang mengajarkan kepada Rieke fungsi hukum.
Hukum itu yang pertama adalah mengorganisasi tanggungjawab. Bukan menakut-nakuti masyarakat.
"Dan saya kira itu inti sari filsafat hukum. Orientasi hukum bukan pada sanksi, tapi tanggungjawab. Gus Dur mengajarkan itu kepada saya," ujar tandas Rieke, anggota DPR RI yang Pileg kali ini diprediksi melanggang kembali ke Senayan.