Kilas Balik

Momen Lahirnya Tien Soeharto Pasca 12 Bulan di Rahim, Jadi Peristiwa Besar hingga Dibawa ke Kandang

Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Soeharto dan istrinya, Tien atau Siti Hartinah

Sontak Bu Tien menjadi tertarik dan ingin mendengarkan ceritanya.

"Sekedar mengisi keisengan saya setuju saja. Setelah orang itu melakukan cara-cara sesuai 'ilmunya', ia lalu menceritakan keadaan masa lalu saya. Banyak yang cocok. Saya jadi penasaran sehingga ingin tahu lebih lanjut apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang," kenang Bu Tien dalam bukunya.

Dilansir dari Intisari (grup TribunJatim.com), dialog pun berlanjut, hingga akhirnya mengarah kepada nasib Soeharto.

Lagi-lagi pria itu mempertontokan 'jurus’-nya.

Bu Tien terpana.

"Madam.. Suami Madam akan berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dengan presiden yang sekarang, Soekarno," kata pria itu.

Mendengar penjelasan itu, Bu Tien hanya tersenyum dan mengaku tidak percaya dengan sang peramal.

"Ah, tak mungkin…. Suami saya hanya seorang perwira tinggi TNI AD. Sebagai Panglima Kostrad. Sesekali hanya mewakili Menteri/Panglima AD. Itupun sudah berat sekali. Saya tidak percaya," katanya.

Sang peramal mengaku tak akan memaksakan Bu Tien untuk mempercayai ramalannya.

Justru yang ia perlukan adalah imbalan jasa ramalannya.

Bu Tien kemudian bertanya, berapa bayarannya.

Sang pria itu menjawab, "Forty thousand (empat puluh ribu rupiah)."

Akan tetapi Bu Tien menangkapnya lain.

Ia mengira sang peramal itu meminta imbalan forteen thousand (empat belas ribu).

Gara-gara itu, Bu Tien kembali masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil uang.

"Madam, not forteen but forty."

Sebenarnya Bu Tien sendiri merasa menyesal.

Sebab, biaya atau ongkos meramalnya terlalu tinggi.

"Mengapa untuk hal begini saja, cuma sekedar iseng-iseng kok harus merogoh saku empat puluh ribu yang pada waktu itu tergolong jumlah yang banyak. Padahal gaji suami pas-pasan saja," kenang Bu Tien.

Setelah uang diberikan, sang peramal itu lalu pergi.

Sejak itu Bu Tien mengaku tak pernah lagi bertemu dengan sang peramal itu, meski Soeharto pada akhirnya menjadi seorang tokoh bangsa yang tampil pada 1 Oktober 1965, menghadapi kudeta PKI, lalu dipercaya menjadi presiden menggantikan Soekarno. (Januar Adi Sagita)

Berita Terkini