TRIBUNJATIM.COM - Indonesia pernah mengalami dua momen yang tak pernah terlewatkan sepanjang sejarah.
Dua momen itu menjadi begitu penting karena berkaitan dengan sosok pemimpin untuk negara Indonesia.
Momen penting tersebut adalah naiknya Soeharto (Orde Baru) menggantikan rezim Soekarno (Orde Lama).
• Cerita Pengawal Soeharto Kala Sang Presiden Lengser, Ada Perubahan hingga Sang Ajudan Sampai Malu
Peristiwa tersebut menjadi yang paling diingat sepanjang sejarah.
Lewat kejadian tersebut, banyak sebenarnya cerita-cerita lain yang sebelumnya tidaklah terekspos.
Dua momen penting yang melatari naiknya Soeharto (Orde Baru) menggantikan rezim Soekarno (Orde Lama): meletusnya peristiwa Gerakan 30 September (G30S) dan lahirnya Supersemar.
Yang kemudian menjadi pertanyaan, di mana posisi Soeharto ketika terjadi aksi penculikan besar-besaran terhadap para jenderal TNI AD?
Benarkah Soeharto akan diracun seorang wanita yang mengaku sebagai anak Soeharto?
Postur tubuhnya tak terlalu tinggi.
Umurnya, kira-kira lebih dari 50 tahun.
Ketika berbicara, laki-laki tak dikenal itu selalu menggunakan bahasa Inggris dan Indonesia.
Pria keturunan India itu, suatu hari mampir ke rumah Soeharto di Jl Agus Salim, Jakarta.
• Detik-detik Soekarno Dibidik Sniper NII Saat Salat, Tembakan Meleset & Ngawur karena Lihat Bayangan
Ketika itu Soeharto berpangkat mayor jenderal dan menduduki posisi cukup penting (Pangkostrad).
Entah siapa yang mengajak pria itu mampir ke rumah Pangkostrad.
Yang jelas, pria itu diterima Ibu Tien Soeharto, sang pemilik rumah.
Setelah dipersilakan duduk, pria itu menawarkan barang dagangannya, berupa batu-batu permata yang berwarna-warni.
Sayangnya ketika berbagai jenis permata itu ditunjukkan, Ibu Tien tidak begitu tertarik. Pria itu lalu mengeluarkan `jurus' baru, mengaku bisa meramal nasib seseorang.
• Wisuda Cucu Soeharto Pertemukan Tata Cahyani dan Mantan Suami, Wajah Sumringah Tommy Panen Komentar
Sontak Ibu Tien menjadi tertarik dan ingin mendengarkan ceritanya.
"Sekedar mengisi keisengan saya setuju saja. Setelah orang itu melakukan cara-cara sesuai 'ilmunya', ia lalu menceritakan keadaan masa lalu saya. Banyak yang cocok. Saya jadi penasaran sehingga ingin tahu lebih lanjut apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang," kenang Ibu Tien seperti yang terungkap dalam buku otobiografinya berjudul 'Siti Hartinah Soeharto Ibu Utama Indonesia'
Dialog pun berlanjut, hingga akhirnya mengarah kepada nasib Soeharto.
Lagi-lagi sang penjual akik mempertontokan 'jurus'-nya.
Ibu Tien terpana.
"Madam.. Suami Madam akan berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dengan presiden yang sekarang --Soekarno," kata pria itu.
Mendengar penjelasan itu, Bu Tien hanya tersenyum dan mengaku tidak percaya dengan sang peramal.
"Ah, tak mungkin.. Suami saya hanya seorang perwira tinggi TNI AD. Sebagai Panglima Kostrad. Sesekali hanya mewakili Menteri/Panglima AD. Itupun sudah berat sekali. Saya tidak percaya," katanya.
Sang peramal mengaku tak akan memaksakan Bu Tien untuk mempercayai ramalannya.
Justru yang ia perlukan adalah imbalan jasa ramalannya.
Ibu Tien kemudian bertanya, berapa bayarannya.
Sang pria itu menjawab, "Forty thousand (empat puluh ribu rupiah)." Akan tetapi Ibu Tien menangkapnya lain. Ia mengira sang peramal itu meminta imbalan forteen thousand (empat belas ribu).
Gara-gara itu, Bu Tien kembali masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil uang. "Madam, not forteen but forty." Sebenarnya Ibu Tien sendiri merasa menyesal. Sebab, biaya atau ongkos meramalnya terlalu tinggi.
"Mengapa untuk hal begini saja, cuma sekedar iseng-iseng kok harus merogoh saku empat puluh ribu yang pada waktu itu tergolong jumlah yang banyak. Padahal gaji suami pas-pasan saja," kenang Ibu Tien.
• Pengakuan Ajudan Saat Bantu Soekarno Melarikan Diri Ketika Soeharto Berkuasa, Gagal karena 1 Hal
Setelah uang diberikan, sang peramal itu lalu pergi.
Sejak itu Ibu Tien mengaku tak pernah lagi bertemu dengan sang peramal itu, meski Soeharto pada akhirnya menjadi seorang tokoh bangsa yang tampil pada 1 Oktober 1965, menghadapi kudeta PKI, lalu dipercaya menjadi presiden menggantikan Soekarno.
Soeharto terlihat risau. Hatinya gundah gulana.
Sejumlah prajurit Kostrad tak henti-hentinya mendatangi Soeharto meminta pendapat. Namun, Soeharto tetap diam.
• Saat Soekarno akan Dibunuh, Jika Gagal Indonesia Taruhannya, Ada Serangan Aib yang Sengaja Dibuat
"Saya sering risau karena didatangi anak buah yang meminta pendapat dan penilaian saya. Mereka menunjukkan tarikan muka seperti mendesak ingin mendapat keterangan mengapa saya diam. Saya jawab, bahwa saya tidak buta! Saya telah melapor kepada atasan tentang keadaan.
Situasi memang serius, tetapi saya tidak mendapat reaksi apa-apa. Apalagi yang dapat saya lakukan lebih dari itu," kata Soeharto.
Artikel tayang di TribunJambi.com selengkapnya Kisah Bu Tien yang Didatangi Tukang Ramal pada G30S, Lalu Dimana Pak Harto?