TRIBUNJATIM.COM, MAGETAN - Meski belum padam total, namun kebakaran yang melalap hutan Gunung Lawu menyisakan cerita heroik tersendiri.
Bahkan kisah ini muncul dari sekelompok ibu ibu warga sekitar hutan.
Tanpa rasa canggung, mereka terjun ke hutan ikut memadamkan api bersama sama aparat dan masyarakat.
Padahal memadamkan api yang melalap hutan Gunung Lawu yang memiliki ketinggian 3625 meter dari permukaan laut (dpl) bukan tanpa resiko.
(Kronologi Kebakaran Toko Baju yang Pernah Diresmikan Raffi Ahmad, Asap Kepung Ruang Panel Listrik)
Bahkan, hari sebelumnya, selain ancaman api, juga batu gunung sebesar koper, bahkan lebih besar yang tiba tiba longsor ke bawah.
"Kami tidak pikir apa apa, kami mencintai lingkungan, itu saja pikiran kami," kata Warti (38), satu srikandi warga Desa Bedagung, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, sebelum maju ke titik api.
"Makanya kami dengan ibu ibu yang lain naik untuk ikut memadamkan api bersama bapak bapak," tambahnya.
Warti bersama sejumlah ibu-ibu lain tak canggung bergabung dengan TNI, Polri, BPBD meski hanya bersenjatakan benda-benda sederhana seperti gepyok (semacam pemukul dari daun pisang dan ranting tumbuhan).
Mereka juga terampi membuat 'ilaran', untuk memutus api.
"Dua hari ini kami bergabung bahu membahu bersama petugas gabungan dari Perhutani, TNI/Polri, dan warga masyarakat untuk memadamkan api diatas,"ujar Warti.
Menurut Warti, dia dan pasukannya berjalan menaiki kaki Gunung Lawu yang memiliki kemiringan hampir 80 derajat, dari Kampungnya ke titik api.
"Kami berjalan kaki menaikki Gunung Lawu melewati jalan setapak ke titik api ini selama dua jam,"kata Warti
Dikatakan Warti, selama menaiki Gunung Lawu bersama rekan rekannya, mereka hanya berbekal air minum dan penganan ala kadarnya.
Ada yang berbekal ubi jalar dan singkong yang dibawanya di tas slempang.
"Kami selalu waspada, karena kencangnya angin yang membuat api cepat merembet. Tidak hanya itu, tiupan angin yang kencang selalu disertai batu batuan Gunung Lawu,"kata Warti.
Ucapan Warti turut dibenarkan Tumini (47) warga Desa Ngiliran, Bedagung, Panekan ini.
Mereka mengakui, aksi pemadaman ini merupakan kegiatan berat. Namun rasa lelah itu terbayar bila nantinya mereka bisa memandang Gunung Lawu hijau asri.
"Lelah kami terbayar bila melihat hutan Gunung Lawu hijau, subur. Lelah kami memadamkan satu titik api disini, titik api disana menyala," ucap Warti.
"Di sana berhasil dipadamkan, muncul lagi titik api diatas. Begitu trus dan mudah-mudahan gak ada angin saat kami memadamkan api," pungkas Warti.
Reporter: Surya/Doni Prasetyo