"Sampeyan kalau disuruh ambil dua ya dua saja, jangan tiga," kata Gus Dur lalu tertawa.
Mendengar perkataan Gus Dur seperti itu, Imam Anshori pun kaget bukan kepalang.
Dia tidak habis pikir bagaimana Gus Dur bisa memergokinya?
Padahal saat itu Gus Dur tidak melihatnya, dan sedang rebahan.
"Panjenengan kok tahu Gus saya nyolet satu. Pakai ilmu apa?" tanya Imam Anshori Saleh sambil bercanda.
Gus Dur pun langsung menjawabnya.
"Nggak pake ilmu apa-apa. Arek Jombang kan biasa begitu kelakuannya...hehehe..."jawab Gus Dur lalu tertawa lagi.
Sampai saat ini, Imam Anshori Saleh pun masih menganggap hal itu aneh, dan terus merasa penasaran.
Sementara itu, dalam kisah lainnya ada cerita soal Gus Dur dan Mahfud MD.
Mahfud MD menjadi salah satu orang yang dipercaya Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, untuk mengisi Kabinet Persatuan Nasional.
Pengalaman Mahfud ditunjuk sebagai menteri oleh Gus Dur ia ceritakan dalam bukunya "Setahun Bersama Gus Dur: Kenangan Menjadi Menteri di Saat Sulit" (2003).
Mahfud menceritakan, ia dipanggil dan menghadap Gus Dur di sebuah rumah di Jalan Irian Nomor 7, Jakarta Pusat.
Rumah tersebut memang dikenal sebagai tempat bertemunya Gus Dur dengan tamu-tamunya di luar jam kerja.
Setelah bertemu Mahfud, Gus Dur pun mengatakan bahwa di kabinetnya saat ini dibutuhkan tiga orang ahli tata negara yang tegas untuk jabatan menteri.
"Saya sudah punya dua, yaitu Marsillam (Marsillam Simanjuntak) dan Yusril (Yusril Ihza Mahendra). Satunya lagi saya minta Antum (Anda) bergabung di kabinet," kata Gus Dur.