Warga Korea Utara yang bekerja di restoran dan tempat lain di China berada dalam "penahanan" di rumah mereka di bawah instruksi dari pihak berwenang di Korea Utara, kata sebuah sumber kepada Reuters.
Korea Utara biasanya mahir menerapkan intervensi kesehatan masyarakat dan bertindak "dengan cepat dan tegas" untuk mencoba menghentikan penyakit memasuki negara itu, kata Kee Park dari Harvard Medical School, yang telah bekerja pada proyek perawatan kesehatan di Korea Utara.
• VIRAL Wisudawan Ini Dihadiahi Beberapa Lot Saham dari Kekasihnya, Komitmen untuk Masa Depan Cerah
Tetapi pembatasan sanksi dapat mempersulit mereka untuk mendapatkan pasokan medis, tambahnya.
"Tindakan mereka, sangat mahal dalam hal pendapatan dari wisatawan dan perdagangan serta secara administratif untuk mengkarantina orang, mencerminkan keprihatinan mereka mengenai kapasitas sistem kesehatan mereka untuk menangani wabah," kata Park.
Korea Utara dikenal sangat lemah mengatasi wabah yang menyerang negaranya.
Laporan lain bahkan menyebut, negara tersebut bisa saja diambang keruntuhan karena wabah virus corona.
Karena diketahui bahwa Korea Utara tidak memiliki sumber daya dan terlal miskin untuk memerangi wabah, selain itu negara tersebut juga sangat tertutup dari pandangan dunia.
• Selain Tak Bisa Deteksi Virus, Alasan Lain Indonesia Kebal dari Corona, 3 Faktor Ini Patut Disimak
Dokter Bocorkan Kondisi Negara Tertutup Itu Kini
Hampir semua negara di dunia melaporkan mengenai kasus virus corona tersebut.
Termasuk beberapa wilayah Asia yang berbatasan langsung dengan China, yang sebagian besar nyaris terkena dampak virus mematikan tersebut.
Tetapi tidak dengan Korea Utara, dan ternyata di balik itu negara tersebut juga sedang panik memerangi virus satu itu.
Sarjana Korea Utara Profesor Robert E Kelly mengungkapkan kebobrokan negara tersebut, seperti dikutip TribunJatim.com dari Intisari.
Pada masa lalu Korut pernah mengalami kelaparan di mana hal itu menyebabkan kehancuran negara komunis itu hingga menewaskan 3,5 juta jiwa.
Korea Utara juga mengatakan virus itu adalah "pertarungan" dan merupakan masalah bagi "kelangsungan hidup" negara.
Profesor Kelly, dari Universitas Nasional Pusan, mengatakan, "Korea Utara tidak memiliki dokter, rumah sakit, cadangan obat-obatan, peralatan medis modern, dan sebagainya untuk merespons secara memadai dan mencegah penyebaran spiral."