TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-VIII Paguyuban Sari Roso di Desa Ploso, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, berlangsung meriah, Minggu (8/3/2020).
Berbagai acara mulai Gebyar Pasar Murah, Parade Kirab Jajanan Tradisional dan hiburan digelar untuk memeriahkan peringatan Harlah ke-VIII Paguyuban Sari Roso.
Acara itu dihadiri Bupati Blitar, Rijanto, Muspika Kecamatan Selopuro, dan sejumlah pejabat organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemkab Blitar. Bupati Blitar, Rijanto yang membuka acara itu.
Dalam sambutannya, Bupati Blitar, Rijanto menyampaikan keberadaan Paguyuban Sari Roso sangat luar biasa dalam meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Ploso.
"Paguyuban Sari Roso membantu meningkatkan ekonomi warga desa," kata Rijanto.
Rijanto mengatakan Pemkab Blitar siap mendukung dan membantu keperluan yang dibutuhkan Paguyuban Sari Roso. Mulai soal izin usaha dan bantuan permodalan.
• Keok di Kandang Sendiri, Striker Arema FC Menilai Skuad Singo Edan Hanya Kurang Beruntung
• Indonesian Idol Bikin Tiara Laris Manis, Penggemar Histeris dan Disorot Ketua KPU RI, Wagub: Teladan
"Agar usaha produk jajan tradisional ini bisa terus berkembang, serta dikenal sampai ke luar daerah," ujar Rijanto.
Dikatakannya, selama ini, Pemkab Blitar melalui Dinas Kesehatan dan Dinas Koperasi dan UKM sudah memfasilitasi agar jajanan Desa Ploso bisa dijual di seluruh sekolah di Kabupaten Blitar.
"Inilah bukti kekompakan, jika pemimpin dan warganya bisa menyatu. Maka apa pun yang dilakukan akan didukung warganya, serta berhasil," katanya.
Ketua Paguyuban Sari Roso, Arif mengatakan saat ini anggota Paguyuban Sari Roso ada sekitar 150 Kepala Keluarga (KK), termasuk 35 KK diantaranya sebagai penjual dan pembuat jajan.
"Bertepatan dengan Harlah ke VIII ini, kami bersyukur bisa berkembang dan meningkatkan perekonomian Desa Ploso," katanya.
Dikatakannya, peringatan Harlah kali ini mengambil moto "Siji Wadah Ojo Pecah". Dengan moto itu, panitia mengusung konsep zaman dulu dalam peringatan Harlah kali ini.
"Untuk itu, seluruh masyarakat yang terlibat dalam acara ini wajib menggunakan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia," ujarnya.
Seperti diketahui, Paguyuban Sari Roso ini dipelopori oleh Imam Suyuti. Dia membuat jajanan tradisional yang dijual keliling naik sepeda motor menggunakan keranjang dari bambu.
Lambat laun, sejumlah warga mengikuti jejak Imam Suyuti, membuat jajanan tradisional dan menjualnya keliling naik sepeda motor. Sekarang, hampir mayoritas warga Desa Ploso membuat jajanan tradisional dan menjualnya keliling ke desa lain.
Jenis jajanan tradisional yang diproduksi warga juga terus bertambah. Sekarang jenis jajanan tradisional yang diproduksi warga ada sekitar 80 macam. (sha/adv/Tribunjatim.com)