TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Di saat tubuh lagi terasa pegal-pegal, tak ada cara lain buat menghilangkannya, kecuali dengan pijatan.
Itu dijamin tubuh kita pasti bakal cepat kembali pulih (fresh).
Namun, mungkin belum banyak orang yang tahu, kalau di Kabupaten Blitar itu ada terapi pijat, yang mungkin bisa dibilang agak aneh.
Sebab, cara yang dilakukannya tak umum atau tak seperti terapis kebanyakan. Yakni, tubuh orang yang dipjat itu bukan dilumuri dengan lotion atau minyak seperti zaitun, balsem, atau sejenisnya, melainkan menggunakan sambal.
• Dampak Covid-19 di Kota Blitar, 497 Pekerja Dirumahkan dan 15 Karyawan Kena PHK
• Pemkot Blitar Tak Akan Geser Dana Pilkada untuk Penanganan Covid-19, Sekda: Sesuai Arahan Mendagri
Tentunya, itu jangan Anda dibayangkan bagaimana rasanya, apalagi sampai mencoba untuk dicicipi. Anda pasti tak akan kuat.
Sebab, jumlah cabai yang dihaluskan itu minimal sekitar 45 biji. Itu buat sekali memijat dan khusus buat orang kurus.
Namun, beda lagi, kalau yang dipijat itu orangnya gemuk, maka yang dibutuhkan sekitar 60 biji.
Cara pijat dengan treatmen seperti itu dilakukan kakek Kamar (63), warga Desa Ngrendeng, Kecamatan Selorejo Blitar. Itu sudah dijalani empat tahun lalu, dan saat ini pasiennya kian membludak.
Keahlian memijat dengan media sambal itu bukan didapat dari belajar atau diajari orang lain atau warisan. Namun, berawal dari kepepet.
Katanya, empat tahun lalu, anaknya, Mohtar, yang saat itu berusia 26 tahun, mendadak tak bisa jalan. Penyebabnya, karena kedua kakinya bengkak besar, dan tanpa diketahui penyebabnya.
"Karena kami nggak punya biaya, ya kami biarkan di rumah. Namun, kami terus kepikiran, dan susah. Sehabis salat malam, kok seperti dapat bisikan. Katanya, kaki anak saya yang bengkak itu disuruh mengolesi dengan sambal," paparnya.
Karuan, ia tak langsung menjalankannya karena dianggap tak masuk akal. Namun, karena tak ada cara lain, akhirnya ia mencobanya. Bahkan, istrinya, nenek Yaumi (60) sempat marahi ketika tahu dirinya membuat sambal buat obat kaki anaknya, yang bengkak.
"Kata istri saya saat itu, wong sambal kok dipakai mengobati. Namun, kami tetap membuat sambal dan saya taruh di kaki anak saya, yang bengkak itu," paparnya.
Karuan, tambah dia, anaknya kesakitan karena panasnya luar biasa, sehingga cuma diberinya sekali. Tak disangkanya, kaki anak yang bengkak itu terus mengempes dan akhirnya sembuh.
"Rupanya, para tetangga heran, saya kok bisa menyembuhkannya. Akhirnya, mereka datang ke rumah saya, kalau sakit, misalnya, pingangnya nyeri atau linu-linu dan sulit jalan," ujarnya.
Sejak itu, papar dia, nama mbah Kamar kian dikenal, sebagai terapis. Dan, yang membuatnya lebih cepat dikenal, karena menggunakan cara aneh, yakni lotion-nya dari sambal.
Kian hari, kian banyak tamu, yang datang, dengan berbagai keluhan dan penyakit. Di antaranya, sakit pinggang, jantung, sesak nafas, dll. "Katanya, jodoh (sembuh). Bahkan, seringkali, mereka tahu itu dari mulut ke mulut. Ada pasien yang sembuh, kemudian memberi tahu teman, tetangganya atau saudaranya," ungkapnya.
Untuk membuat 'lotion' sambal, mbah Kamar mengguleknya sendiri, di cobek. Mungkin, tak sekadar menghaluskan, namun ada doanya atau ada ramuan khususnya, itu tak ada yang tahu.
Yang jelas, katanya, ia membuat sambal di saat ada pasien. Banyak sedikitnya cabai, yang dihaluskan, itu tergantung kondisi tubuh orang yang akan dipijat.
Untuk pasien kurus, misalnya, minimal butuh cabai 40 biji. Namun, buat yang gemuk, itu butuh 60 biji.
"Saat cabai itu kami ulek, juga kami beri minyak. Setelah halus, baru dilakukan terapi. Orang yang saya pijat harus dengan posisi seperti tidur,"ungkapnya.
Bersamaan memijat itu, sambal itu dilulurkan ke seluru tubuh orang yang dipijat itu. Ia dipijat mulai kaki sampai punggungnya, termasuk dada. Itu berlangsung sekitar 20 menit, Lalu, sekujur tubuh pasien itu dilap, agar biji cabai dan sisa sambalnya, tak tertinggal.
"Sambal itu kan pedas dan terasa panas, namun rata-rata mereka yang sudah kami pijat, terus ketagihan. Namun, saya pesan, sehabis saya pijat, tak boleh mandi pakai air hangat selama dua hari," ujarnya.
Soal tarifnya, mbah Kamar mengaku tak memasang harga. Itu seikhlasnya atau tergantung keikhlasan si pasien. Mau memberi berapa pun, ia juga ikhlas. Katanya, yang penting, dirinya bisa menolong.
"Mereka sembuh, itu saya senang. Dari dulu, saya se-ikhlasnya," paparnya.
Malah, selama terjadi wabah virus Corona ini, mbah Kamar kian kebanjiran order. Mereka datang dari berbagai kota. Katanya, mereka ingin terapi agar terhindari dari pandemik yang membuat panik orang sedunia tersebut.
Seperti Rabu (8/4) pagi itu. Meski baru pukul 09.00 WIB, namun sudah banyak tamu yang antre di teras rumahnya. Mereka dari beberapa kota. Seperti Purwadi (46), warga Pare, Kediri. Saat itu, dia datang bertiga bersama istri dan pamannya, dan semua akan pijat. Katanya, mereka itu sudah tiga datang ke rumah mbah Kamar.
"Yang pertama dulu atau sekitar empat bulan lalu, keluhan saya adalah kaki. Kaki saya kaku dan seperti kesemutan. Saya bawa ke sini, saat ini sembuh," paparnya.
Kalau saat ini, ia mengaku beda keluhan. Katanya, dirinya ingin imunitas tubuhnya kuat sehingga terhindar dari wabah Corona. Sebab, ia percaya kalau tubuhnya terasa panas sehabis dipijat dengan sambal, maka kekebalan tubuhnya akan kuat dari penyakit apapun, termasuk Corona.
"Akhir-akhir ini, saya sering kembung dan agak sesak nafas. Kalau saya pijat ke sini, pasti sembuh. Begitu juga keluhan istri saya sama," ungkapnya.
Beda lagi dengan Bagas (23), yang enggan disebutkan alamatnya. Namun, ia mengaku ingin menurunkan berat badannya karena akan mengikuti tes fisik di sebuah instansi pemerintahan. "Teman-teman saya sebelumnya, juga ke sini saat akan tes. Dan, mereka semua lulus," papar Bagas yang asal Kabupaten Blitar.
Mbah Kamar sendiri juga mengaku, kalau selama terjadi wabah Corona itu, banyak tamu yang minta dipijat.
Tak menyebutkan keluhannya, namun mereka mengaku kepingin kekebalan tubuhnya meningkat, supaya terhindar dari Corona.
"Mereka mengaku nggak punya keluhan atau penyakit. Katanya, hanya kepingin tubuh sehat, dan minta dipijat. Namun, saya batasi. Meski banyak pasien, namun saya hanya melayani 15 orang karena saya sudah capek kalau lebih dari itu," pungkasnya yang mengaku cabai yang dipakai hasil menanam sendiri di pekarangan rumahnya.
Penulis : Imam Taufiq
Editor : Sudarma Adi