TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Wacana penerapan new normal pastinya berdampak pada pelaksanaan Kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah.
Penerapan sistem shift sesuai jumlah kelas tampaknya akan diterapkan dalam masa baru menghadapi pandemi Corona.
Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur, Prof Akhmad Muzakki berpendapat jika wacana kebijakan tersebut patut diapresiasi.
• Aisyahrani Ekspos Tingkah Suami & Reino Barack di Rumah Bu Cetar, Buset, Syahrini: Terima Aja Rani
Pasalnya, format kebijakan diambil di tengah kedaruratan pandemi Covid-19.
Tetapi model shift ini merupakan kerangka besarnya harus berdasarkan peningkatan skill dan strategi pembelajaran guru-guru.
Agar shift dan kerangka besar ini bisa diisi secara variatif.
• Saputri Istri Pertama Didi Kempot Blak-blakan soal Rumah Tangganya dengan Sang Maestro: Tahu Goreng
• Diam-diam Penuh Ancaman, Pihak Syahrini Lapor Kasus Video, Hotman Bongkar Duduk Perkara Bertindak!
"Ini kebijakan yang harus ditunaikan paska dikeluarkannya kebijakan ini. Bagaimana proses pembelajaran tetap berlangsung di tengah pandemi, ini ikhtiar yang maksimal yang bisa dilakukan. Dibanding umpama pembelajaran di off hingga Januari. Sementara landainya data kurva epidemiologis Covid-19 belum tahu kapan berakhir," ungkapnya.
Di lain sisi, kekhawatiran orang tua jika anak-anak harus masuk seperti situasi normal sulit direalisasikan.
Karena itu, menurut Prof Muzakki, kebijakan yang diambil pemerintah dalam penerapan sistem shift tepat untuk membuat suasana belajar tetap aman dan nyaman.
• Wajah Beda Saputri di Foto Lebaran Tanpa Didi Kempot, Anak Tulis Pesan: Tak Ada Kata yang Lebih Haru
"(Dengan kebijakan seperti ini) pasti akan mempengaruhi kualitas pendidikan. Karena situasi normal dan darurat akan berbeda. Karena kita sedang menuju new normal. Di ruang seperti itu, di masa transisi penyesuaian harus ada. Sementara di lain sisi harus memperhatikan kedaruratan kesehatan," paparnya.
Dikatakan Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya ini, ada dua isu penting yang juga harus diperhatikan oleh pemerintah.
Pertama kejenuhan yang terjadi tidak hanya dirasakan oleh siswa namun juga orangtua yang penting untuk diantisipasi.
• UPDATE Corona di Surabaya & Jatim 28 Mei 2020: Sehari Kasus Positif Capai 100 Orang, Total Meningkat
Sebab, selama hampir dua bulan lebih para siswa diajak untuk melakukan proses pembelajaran dari rumah.
Sedangkan tanggungjawab guru juga tidak kalah berat di tengah masa pandemi Covid-19.
"Masyarakat belum terbiasa dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan menggunakan internet. Jika dulu pembelajaran bisa dilakukan jauh-jauh hari. Sekarang mereka (akan) dipacu (di masa new normal). Dan Ini (kebijakan) paling rasional yang bisa diambil," jelas dia.