TRIBUNJATIM.COM, GRESIK - Santriwati asal Gresik bernama Indana Badiah (22) harumkan sosok santri Jawa Timur ke pentas internasional.
Pasalnya, santri asal Desa Sumberejo, Kecamatan Manyar itu menyandang predikat terbaik kedua dalam ajang bergengsi Tilawah Quran tingkat internasional.
Ajang tersebut diselenggarakan oleh Iqra Network yang berbasis di Amerika Serikat.
• Terjawab Penyebab Kasus Covid-19 di Jatim Tinggi, Ini Penjelasan Epidemiolog, PSBB Tak Dilonggarkan
• Meski Harga Murah, Steak Dagangan Mama Amy Ibunda Raffi Ahmad Tuai Pujian YouTuber: Enggak Bau
Santriwati Ponpes Nurul Quran Al-Istiqomah Sukorejo Kecamatan Bungah itu dibantu rekan-rekannya saat mengikuti ajang lomba tersebut secara daring.
Termasuk pengasuh pondok abah KH Syaiful Munir. Nasihat dari pengasuh ponpes menjadi pedomannya untuk ikut dalam perlombaan ini.
"Semua nasihatnya saya ikuti. Sederhana namun bermakna. Seperti tetap berjalan kaki dalam berbagai aktifitas dan lawan rasa malas membaca Al-quran," ucapnya, Senin (1/6/2020).
• Persiapan Hadapi New Normal, Asosiasi Pariwisata Madura Rancang Strategi hingga Jadwal Buka Wisata
• Khawatir Sebaran Virus Corona, PT KAI Daop 9 Jember Batalkan Lagi Perjalanan KA Hingga 30 Juni
Dara berusia 22 tahun ini mengaku gugup saat mengikuti perlombaan secara online ini. Sebab, selama ini dia hanya mengikuti lomba tilawah di tingkat regional, kini internasional.
"Bedanya pertanyaan lebih banyak dari seorang juri bernama Syekh Muhammad Ashraf," kata dia.
Wanita yang kerap disapa Inda ini menyebut pertanyaan yang dilontarkan oleh juri diantaranya tentang ilmu tajwid, sifatul huruf, tafsir, dan pertanyaan seputar syariat islam lainnya. Semua pertanyaan harus dijawabnya dengan bahasa inggris.
• 36 Wisata di Malang Buka saat Hari Pertama Masa Transisi, Disbudpar Imbau Jangan Ada Kluster Baru
"Tidak ada persiapan khusus, selama pandemi Corona ini membuat saya lebih rajin membaca Al-quran," ungkap dara 22 tahun yang juga anggota aktif Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Gresik ini.
Saat mengikuti lomba, semua alat untuk mengikuti lomba secara daring ini bantuan dari rekan-rekannya yang secara sukarela membantu. Seperti kamera, perekam suara hingga paket internet yang dibelinya di konter dekat rumah.
Video sebagai salah satu syarat langsung dikirim pada akhir bulan April. Tanpa memiliki target apapun, ternyata namanya masuk pada babak final pada 28 mei kemarin.
Dia tidak menyangka kemampuannya itu mampu menyisihkan 50 finalis dari berbagai negara.
"Alhamdulilah bisa juara, pesan saya hanya mari belajar bersama. Dengan Murojaah secara terus menerus," tutup santriwati yang memilik cita-cita sebagai guru ini.
Penulis: Willy Abraham
Editor: Heftys Suud