Riset Data Covid-19 Sebulan, 2 Dosen UK Petra Ini Bisa Prediksi Wabah Berakhir, 'Jatim 2 Bulan Lagi'

Editor: Sudarma Adi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Capture pemodelan data Covid-19 di Indonesia dan Jatim dari UK Petra.

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pada 11 Maret 2020, Presiden Joko Widodo mengumumkan secara resmi bahwa Indonesia menghadapi pandemi virus Corona.

Sejak hari itu, update mengenai jumlah kasus Covid-19 secara berkala diumumkan oleh Kementrian Kesehatan RI.

Melihat data ini, menggerakkan hati dua dosen Program International Business Engineering (IBE) UK Petra membuat riset prediksi kapan wabah ini berakhir. 

Dua dosen itu adalah Dra Indriati Njoto Bisono, M.Sc., Ph.D, dan Ir. Drs.Ec., Hanijanto Soewandi., M.Eng, Ph.D.

“Riset ini butuh waktu sebulan. Kami berdua bekerja hampir setiap hari untuk mengumpulkan data, menulis script dan memodelkan data covid-19 dengan segala tantangan dan pernak-perniknya.”, ungkap Indriati Njoto Bisono dan Hanijanto Soewandi saat dihubungi melalui ponselnya, dalam rilis ke TribunJatim.com.

Indriati Njoto Bisono adalah Kepala Program IBE UK Petra sedangkan Hanijanto Soewandi adalah dosen luar biasa program IBE UK Petra yang saat ini menjabat sebagai Vice President di MicroStrategy Technology, perusahaan software di bidang Business Intelligence/Business Analytics, USA.

Harapan berakhirnya pandemi Covid-19 selalu bergema di hati setiap insan, bak orang yang berjalan di lorong gelap.

Oleh karena itu Indri dan Hani berusaha memprediksi kapan pandemi berakhir, sehingga hasil prediksi dapat memberikan sedikit cahaya di ujung lorong sehingga ada harapan untuk “menari” kembali. 

“Data untuk prediksi worldwide dan data per provinsi di Indonesia di ambil dari sumber resmi Kementrian Kesehatan RI. Sedangkan model yang dipakai untuk memprediksi tidak hanya satu melainkan tiga model, dari ketiganya diambil yang terbaik,” urai Indri melalui whatsAppnya.

Ketiga model yang digunakan awalnya dibangun untuk memprediksi pertumbuhan populasi (Logistic Model), tingkat penjualan dengan menambahkan faktor word of mouth (Bass Model) dan perkembangan sel tumor (Gompertz).

"Dalam kasus covid-19 secara natural kita percaya jumlah orang yang terinfeksi akan mengikuti kurva S, meningkat perlahan-lahan kemudian meningkat cepat dan akhirnya mencapai nilai tertentu, tidak akan membesar tanpa batas.

Ketiga model tersebut mempunyai sifat seperti ini, sehingga bisa kita pakai untuk memodelkan pandemi covid-19. Tambahan pula, ketiga model ini lebih sederhana dibanding model SIR (Susceptible - Infectious - Recovered), namun tetap mempunyai kemampuan tinggi untuk memprediksi wabah covid-19 dan lebih mudah dilakukan," jelasnya.

Presentasi hasil penelitian ini ditayangkan dalam dashboard yang diberdayakan oleh MicroStrategy, dan dapat diakses worldwide di laman Data Science and Innovation Laboratory IBE (dsi.ibe.petra.ac.id/covid19).

Data dan prediksi terus menerus diperbaharui, ini yang dikenal dengan predictive monitoring. Hasil prediksi sangat tergantung pada data yang masuk dan akan berubah-ubah mengikuti pola data.

Akan tetapi sekali lagi hal ini bukan model pengambilan keputusan, melainkan model Time Series yang menggambarkan hasil dari keputusan-keputusan pemerintah dan organisasi di Indonesia (atau di dunia) dalam menangani pandemi Covid-19 ini.

Halaman
12

Berita Terkini