Yenny Wahid: LSM di Indonesia Penuhi Ruang Kosong yang Tidak Diisi Pemerintah

Penulis: Akira Tandika
Editor: Yoni Iskandar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Dewan Pembina Barikade Gus Dur Yenny Wahid

 TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pada gelaran Paris Peace Forum (PPF) yang akan dilakukan pada November 2020 mendatang, Yenny Wahid sebenarnya berharap akan banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ikut terlibat.

Karena ini merupakan panggung internasional yang akan mengantarkan para pesertanya untuk menjangkau lebih banyak lagi koneksi dan kesempatan. Tentu saja, hal ini bisa dimanfaatkan untuk menambah koneksi dan melakukan kolaborasi internasional.

Putri kedua dari Abdurrahman Wahid itu mengatakan, pergerakan LSM di Indonesia memiliki banyak inisiatif brilian yang betul-betul membawa dampak langsung pada masyatakat.

LSM di Indonesia juga dinilai sangat aktif dalam mengisi ruang yang tidak bisa diisi oleh pemerintah. Kolaborasi seperti ini, menurutmya tak dapat ia temukan di negara lain.

"Di banyak negara, biasanya akan terdapat banyak ketegangan yang terjadi antara pemerintah dan LSM. Sementara di Indonesia, banyak sekali ruang yang bisa diisi oleh LSM. Baik dilakukan sendiri maupun berkolaborasi dengan pihak lain seperti, pemerintah, sesama LSM, media, dan lainnya," ujar Yenny Wahid kepada TribunJatim.com.

Monyet Ekor Panjang Bakal Dilepasliarkan di SM Nusa Barong

BREAKING NEWS - Innalillahi, Abdul Gani Mantan Wali Kota Mojokerto 2003-2013 Meninggal Dunia

NATO Bongkar Pergerakan Militer China, Fakta Lain Soal Laut China Selatan: Mereka Mendekat ke Barat

Di mata Yenny Wahid, bahwa LSM di Indonesia dinilai sangat inovatif dalam menyelesaikan masalah.

"Meski isu yang diselesaikan merupakan isu global, LSM di Indonesia akan menyelesaikam hal itu dengan menyelipkan cita rasa lokal," imbuh Yenny Wahid kepada TribunJatim.com.

Kerja bagus yang dilakukn oleh LSM Indonesia itu sangat disayangkan apabila tidak mendapat apresiasi dengan baik.

Terutama bila ide yang diberikan bisa diterapkan untuk isu pemerintahan global.

"Sayanh sekali jika hal tersebut justru tidak mendapatkan sorotan dari kancah internasional," tandasnya.

PPF bagi Yenny Wahid merupakan platform unik dan spesial, yang bisa membantu banyak individu kreatif untuk bertemu di kancah internasional.

Selain itu, PPF dianggap bisa menghubungkan banyak orang dari berbagai kepentingan baik pemerintahan hingga warga biasa.

"Akan banyak keuntungan yang didapatkan peserta apabila mengikuti PPF. Di antaranya, visibility, media exposure, koneksi, finding partner, dan masih banyak lagi," imbuh Director General of Paris Peace Forum, Dr Justin Vaisse.

Perwakilan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Zoe Rimba menjelaskan, untuk ikut bergabung dalam forum ini ada enam syarat yang harus dilakukan peserta sebelum mendaftarkan project mereka.

Pertama, proyek harus direpresentasikan oleh individu atau organisasi tersebut dan tidak boleh diwakilkan oleh orang lain. Kedua, proyek dikelola minimal dua orang yang bisa diajak untuk hadir di PPF memperagakan proyek.

Ketiga, proyek harus memberikan solusi bagi permasalahan lokal, nasional, dan juga global. Keempat, proyek harus fokus pada satu dari enam tema yang diajukan PPF.

"Untuk syarat kelima dan keenam, proyek harus menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan tengah dikerjakan oleh peserta itu sendiri," ujarnya.

Sementara itu, untuk mendaftar pada forum ini, peserta bisa melakukannya di situs resmi PPF yakni, parispeaceforum.org

Kemudian, aplikasi yang didaftarkan harus ditulis dalam bahasa Inggris atau Perancis.

"Pengumpulan aplikasi akan ditunggu hingga 24 Juni 2020 pada pukul 18.00 WIB. Dan pendaftaran ini dilakukan secafa gratis," tandasnya.(Akira/Tribunjatim.com)

Berita Terkini