Virus Corona di Jawa Timur

Data IDI dan Dinkes Jatim Beda, Sejumlah Nakes Meninggal Berpotensi Tak Dapat Santunan

Penulis: Bobby Constantine Koloway
Editor: Yoni Iskandar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi jasad Covid-19 yang dikuburkan dengan protokol kesehatan

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - DPRD Jawa Timur mengungkap adanya perbedaan data tenaga kesehatan yang meninggal di Jawa Timur. Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur menyebut delapan orang sedangkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jatim mengungkap angka jauh lebih besar, 22 orang.

"Kami sudah mempertemukan IDI Jatim dan Dinkes Jatim soal perbedaan angka tersebut. Selisihnya memang jauh," kata Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim, Hikmah Bafaqih ketika dikonfirmasi di Surabaya.

Hikmah mengutip penjelasan IDI, 22 orang yang meninggal terdiri dari dua orang bidan, 10 dokter, dan 10 perawat. Jumlah tersebut tersebar di seluruh wilayah Jatim, termasuk dari Surabaya.

Hikmah mengungkapkan bahwa perbedaan angka tersebut menunjukkan belum adanya koneksi antar lembaga kesehatan tersebut.

"Hal ini menunjukkan belum adanya komunikasi," kata Hikmah.

Hikmah mengutip penjelasan Dinkes menerangkan bahwa selama ini data kematian nakes baru didapat dari rumah sakit dan laboratorium.
"Ternyata, Dinkes selama ini mengandalkan data dari rumah sakit atau laboratorium. Namun kenyataannya, banyak nakes yang meninggal namun tak dilaporkan sebagai nakes," katanya kepada TribunJatim.com.

Komisi E mendorong Dinkes Jatim bersama IDI untuk segera melakukan sinkronisasi data.

"Bayangkan keluarga para nakes namun tak terdata sebagai nakes maka tak mendapatkan uang duka (santunan) sebagai apresiasi," kata politisi PKB ini.

Berdasarkan data IDI Jatim, jumlah tenaga kesehatan (nakes) di Jatim sebanyak 25 ribu. Dari jumlah itu, sebanyak 76 orang dinyatakan positif terinfeksi Covid-19.

Namun, jumlah nakes yang terinfeksi tersebut belum termasuk tenaga kesehatan di Surabaya. Sebab, IDI menyebut kesulitan mengakses data di Surabaya.

Meskipun demikian, IDI menyebut 10 orang dinyatakan meninggal karena Covid-19. Jumlah itu sudah termasuk yang ada di Surabaya.

IDI juga menyatakan bahwa dari 137 perawat yang positif, 10 di antaranya meninggal. Sedangkan bidan, dari 53 orang positif, 2 meninggal.

Pembakar Mobil Via Vallen Sudah Jadi Tersangka, Fans Berat yang Sakit Hati Gagal Bertemu

Soal Risma Sujud di Depan dr Sudarsono, Ketua DPRD Surabaya: Tak Ingin Warga Surabaya Disalahkan

Tukang Ojek Pengkolan Kembali, Eza Yayang Sebut Pemirsa Bisa Lihat Kampung Rawa Bebek Lagi

Dikonfirmasi terpisah, Ketua IDI Jatim, Sutrisno berharap agar tenaga kesehatan mendapat prioritas. "Kenapa? Karena ibarat perang, tentaranya ya tenaga kesehatan itu," katanya kepada TribunJatim.com.

"Jadi kalau kepingin perang, tentaranya harus dirawat, diopeni, diperhatikan. Supaya tenaganya pikirannya dan kemampuannya bisa terus melakukan pelayanannya," lanjutnya.

Di sisi lain, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak mengungkapkan bahwa Pemrov saat ini memang telah menyiapkan insentif kepada para nakes, termasuk santunan terhadap para nakes yang meninggal dunia tersebut.

Halaman
12

Berita Terkini