Komisaris PTPN XI Menegaskan Komitmen PG Baru Tidak Berjalan

Penulis: Sri Handi Lestari
Editor: Yoni Iskandar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lokasi Pabrik Gula Candi Baru, Sidoarjo, Sabtu (11/2/2017).

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Menyikapi audiensi Serikat Pekerja Pabrik Gula yang berasal dari PTPN X, XI, Serikat Pekerja Rajawali Nusantara, dan SPPP SPSI PG Kebon Agung yang melakukan audiensi dengan komisi B DPRD Jawa Timur Senin (13/72020) lalu, terkait langkanya bahan baku tebu dan dugaan kompetisi tidak sehat yang dilakukan PG Swasta, diakui Dedy Mawardi, Komisaris Utama PTPN XI.

Menurut Dedy, saat ini benar, telah terjadi kompetisi bahan baku tebu (BBT) tersebut.

"Apa yang disampaikan kawan-kawan serikat pekerja kemarin benar, pola kemitraan yang sudah lama terjalin rusak akibat motif transaksional," kata Dedy, Rabu (16/7/2020).

Menurut Dedy, hal itu harus diperhatikan oleh pihak terkait. Pihaknya juga menagih komitmen para Pabrik Gula (PG) baru, diantaranya harus memenuhi sekurang-kurangnya 20 persen dari keseluruhan bahan baku yang dibutuhkan berasal dari kebun sendiri.

"Ini sudah diatur dalam Permentan maupun undang-undang tentang perkebunan yang artinya harus ditaati bila dilanggar harus ada konsekuensinya, instansi terkait yang jadi wasitnya," ungkap Dedy Mawardi.

Pihaknya menyayangkan komitmen tersebut tidak berjalan, sehingga PG baru tersebut mengambil BBT dari petani yang sudah bermitra dengan pabrik gula yang sudah eksisting.

Warkop Dekat TKP Dihampiri Anjing Pelacak setelah Endus Baju Editor Metro TV Yodi Prabowo, Bau Amis?

Hari ini, Ribuan Massa dari Getol Jatim Kembali Gruduk Surabaya

Persaingan Tak Sehat, Sejumlah Pabrik Gula di Jatim Terancam Tutup, Komisi B Panggil PG KTM dan RMI

Hal ini mengakibatkan selain rusaknya pola kemitraan, BBT PG eksisting berkurang dan tidak bisa memenuhi kapasitas giling.

"Saat ini ada dua PG baru di Jatim. Musim giling ini mereka membeli tebu petani dari luar daerahnya, dan petani tersebut merupakan mitra pabrik gula eksisting dengan harga diatas rata-rata," jelas Dedy.

Dampaknya luas, mulai dari rusaknya pola kemitraan, pengembalian petani atas pinjaman modal dari PG juga tersendat bahkan macet, hingga kapasitas yang tidak tercapai, idle capasity, yang akhirnya menyebabkan pabrik gula rugi dalam beroperasional.

Bila hal ini terus berlanjut maka Dedy memprediksi akan ada banyak penutupan atau pengalihfungsian pabrik gula yang berakibat langsung pada nasib tenaga kerja.

"Tentunya hal ini akan berdampak pada tenaga kerja PG yang dialihfungsikan atau bahkan ditutup yang jumlahnya ribuan," tegas Dedy Mawardi kepada TribunJatim.com.

Untuk itu, pihaknya kepada semua para pihak agar menepati komitmen masing-masing. Pola kemitraan dengan petani tebu yang sudah berjalan dari dulu jangan dirusak dengan motif transaksi.

Inti permasalahan adalah kurangnya BBT, PG baru harus membangun kebun sendiri untuk memenuhi kebutuhannya, demikian juga PG eksisting selain harus memenuhi BBT-nya juga menjaga performa dalam pabrik.

"Klop, semua pihak jaga komitmennya," ujar Dedy kepada TribunJatim.com.

Terkait dengan upaya PTPN XI dalam memenuhi BBT dan performa pabrik, Dedy Mawardi menambahkan upaya manajemen PTPN XI diantaranya kerjasama agroforesty dengan berbagai pihak, sewa lahan dan akuisisi HGU untuk lahan tebu, terus membangun pola kemitraan dengan petani, hingga program modernisasi dan penambahan kapasitas pabrik gula.(Sri Handi Lestari/Tribunjatim.com)

Berita Terkini