TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Pemain Arema FC, Johan Farizi, sempat khawatir menjalani rapid test virus Corona ( Covid-19 ) gelombang pertama yang diselenggarakan di Kantor Arema FC, Jumat (17/7/2020) siang.
Johan Farizi mengaku takut mendapatkan hasil reaktif saat hasil tes keluar nanti.
Rapid test gelombang pertama ini diikuti oleh 44 orang, 14 personel bermain plus jajaran ofisial dan karyawan staf Singo Edan.
Hasil untuk kesemuanya adalah nonreaktif.
Rapid test kali ini difokuskan kepada pemain-pemain dan anggota ofisial yang berdomisili atau sudah tiba di Malang.
Bagi Johan Farizi, ini adalah rapid test pertama yang dilakoni semejak pandemi.
Sehingga, rapid test ini menjadi pengalaman baru baginya.
• 50 Pemain dan Staf Arema FC Ikuti Rapid Test Covid-19 Gelombang Pertama, Hasil Langsung Diumumkan
• Hasil FP2 MotoGP Spanyol 2020, Marc Marquez Crash, Franco Morbidelli Beri Kejutan Tampil Tercepat
Meski begitu, dia mengaku tidak mengalami kesulitan dalam menjalani tes.
Namun, dirinya sempat cemas saat tes selesai dilakukan karena tidak pernah tahu kondisi tubuhnya saat ini.
“Saya tidak pernah rapid test, jadi saya mengikuti apa yang diperintahkan,” kata pemain yang identik dengan nomor punggung 87 itu.
“Deg-degan kalau tiba-tiba reaktif, karena saya sendiri juga begini (menjalani kehidupan seperti biasa). Namun, alhamdulilah semua nonreaktif,” imbuhnya.
Kecemasan pemain asal Malang tersebut muncul berdasarkan stigma di masyarakat mengenai akurasi dari rapid test. Metode ini memang hanya skrining untuk melihat reaksi antibodi dalam tubuh.
• Terhalang Aturan, 2 Pemain Asing Arema FC Bakal Dapat PR Khusus dari Pelatih Selama di Negaranya
• Jadwal Liga Spanyol Pekan Terakhir, Tersaji Laga Penentu Degradasi Leganes Vs Real Madrid
Padahal, reaksi tersebut tidak selalu dikarenakan oleh Covid-19, bisa saja virus-virus lain seperti flu biasa.
“Soalnya menurut saya sekarang ini terus meningkat kasus Covid-19. Dulu kan orang bisa terkena flu atau meriang, tapi sekarang setelah ada Covid-19 ini orang kena flu sedikit saja bisa dianggap reaktif,” tutur pemain kelahiran 25 Mei 1990.
“Itu yang saya takutkan kemarin, saya merasa sehat ternyata hasilnya reaktif. Kan saya takut kalau tiba-tiba harus diisolasi, tidak bisa bertemu anak istri saya nanti,” ujarnya.