Kini, Anjani tidak hanya melatih pembatik cilik memproduksi kain, Anjani juga mengembangkan kawasan wisata edukasi batik di mana pengunjung dapat berwisata sambil mempelajari proses pembuatan batik. Kini, ada 58 anak yang belajar di sanggarnya, 28 di antaranya menjadi pembatik aktif.
Sebelum terjadi pandemi, setiap bulan Anjani bersama anak-anak binaannya menghasilkan 45 kain batik, yang tiap lembarnya dapat dijual Rp300.000–Rp750.000. Produk turunannya pun semakin banyak, seperti tas, sepatu dan lukisan. Pendapatan masyarakat pun meningkat hingga 27%.
Hingga kini SATU Indonesia Awards 2020 masih membuka pendaftaran untuk menjaring anak muda seperti Anjani yang tak kenal lelah memberikan manfaat bagi sekitarnya.
Apresiasi ini diberikan kepada anak bangsa yang berjuang di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, Teknologi serta satu kategori yaitu kelompok yang mewakili kelima bidang tersebut.
Pada tahun ini, Astra menambahkan kategori apresiasi khusus kepada para pejuang tanpa pamrih di tengah pandemi Covid-19.
Meskipun pandemi di negeri ini belum berakhir, tetapi tidak menyurutkan minat pemuda Indonesia untuk mendaftarkan dirinya atau sosok yang dinilai pantas mendapatkan apresiasi ini.
Sejak pendaftaran dibuka pada 2 Maret 2020, jumlah pendaftar SATU Indonesia Awards 2020 hingga saat ini telah mencapai 8.476 pendaftar. SATU Indonesia Awards telah mengapresiasi 305 anak muda, yang terdiri dari 59 penerima tingkat nasional dan 246 penerima tingkat provinsi.
Selain memberikan apresiasi kepada tiap pemenang berupa dana Rp 60 juta, Astra juga memberikan pembinaan kegiatan secara berkelanjutan.
“Semoga pandemi dapat berlalu dan pariwisata di Indonesia secara umum hidup kembali, khususnya di DSA Bumiaji,” harap Anjani.
Penulis: Benni Indo
Editor: Heftys Suud