TRIBUNJATIM.COM, GRESIK - Kabupaten Gresik satu diantara wilayah Surabaya Raya yang kini menjadi zona oranye.
Penanganan virus Corona ( Covid-19 ) tetap menjadi fokus utama kota pudak.
Terbaru, menurut data Satgas Percepatan dan Penanganan Covid-19 Kabupaten Gresik, Sabtu (15/8/2020), kasus positif Covid-19 sebanyak 2.241.
• Kawanan Maling Satroni Rumah Pasutri Mojokerto, Motor dan Barang Branded Raib: Rugi Puluhan Juta
• Catatan Menarik Jelang Laga Man City vs Lyon di Perempat Final Liga Champions
1.574 pasien positif Covid-19 Kota Pudak dinyatakan sembuh.
Wakil Bupati Gresik, Mohammad Qosim menyebut Gresik tengah masuk zona oranye dari sebelumnya yang terkategori zona merah.
“Saya berterima kasih kepada semua pihak terutama petugas kesehatan di Gresik yang sudah berhasil meningkatkan kesembuhan sampai lebih dari 70 persen. Keadaan ini yang membuat Gresik keluar dari zona merah menuju oranye. Insyaallah kedepan akan semakin baik,” ujar Qosim.
Selain Kabupaten Gresik, Kota Surabaya juga masuk dalam zona oranye dalam acara paparan hasil survei Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 di Jatim yang digelar di Balai Kota Surabaya beberapa waktu lalu.
Sementara itu, dalam perubahan APBD ini Pemkab Gresik masih fokuskan anggaran untuk penanganan Covid-19. Salah satunya, RSUD Ibnu Sina yang butuh Rp 11 miliar sampai akhir tahun nanti.
Karena itu, dalam PAPBD 2020 ini, sejumlah rencana pembangunan daerah kembali tertunda. Sebab, anggaran yang ada masih difokuskan untuk sejumlah penanganan Covid-19.
Anggota Komisi IV DPRD Gresik Khoirul Huda membenarkan apabila anggaran di PAPBD masih difokuskan untuk penanganan covid. Namun untuk rinci penggunaannya, pihaknya belum bisa menyampaikan. Sebab, pembahasan rinci penggunaan anggaran itu baru akan dibahas di rapat komisi mendatang.
“Kegunaannya yang jelas menguatkan program yang sudah ada. Mayoritas itu, meski ada sejumlah program baru untuk penanganan Covid-19. Ini baru selesai di rapat badan anggaran (banggar). Rincinya kami bahas di komisi nanti,” jelas Politisi PPP itu.
Direktur RSUD Ibnu Sina dr Endang Puspitowati Sp.THT-KL mengatakan, kebutuhan dana sebesar itu untuk memenuhi uji sampel dalam skala besar. Kebutuhan paling mendasar yakni untuk membeli reagen.
"Rencananya dana itu untuk beli reagen karena kami belum ada dan untuk kebutuhan lain. Saat ini masih kami hitung,” ucapnya.
Endang menyebut, selain reagen, pihaknya juga butuh membeli salah satu komponen alat PCR bantuan dari BNPB. Memang alat itu sempat beroprasi, tapi ada salah satu komponen yang sudah habis. Sehingga butuh pengadaan ulang.
"Untuk PCR dari APBD besok Selasa teknisinya datang, kami masih memesannya,” pungkasnya.
Penulis: Willy Abraham
Editor: Heftys Suud