Virus Corona di Kota Batu

Optimasi Langkah Memutus Covid-19, Akademisi Fisip UB: Pemerintah dan Masyarakat Perlu Dikiritisi

Penulis: Benni Indo
Editor: Hefty Suud
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anang Sujoko DCOMM (tengah) saat mengemukakan pendapatanya terkait fenomena pemberitaan sepanjang pandemi Covid-19 sebelum dimulainya acara diskusi, Sabtu (15/8/2020).

TRIBUNJATIM.COM, MALANG – Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Brawijaya, Anang Sujoko DCOMM menggelar diskusi dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang di Co-Work Space Ezo, Kota Malang, Sabtu (15/8/2020).

Diskusi tersebut bagian dari pengabdian masyarakat yang tujuannya untuk mencari formula pemberitaan di masa pandemi virus Corona ( Covid-19 ).

Dikatakan Anang, menghadapi pandemi seperti saat ini perlu gerakan bersama untuk menanggulangi.

Pilkada Surabaya 2020 Resmi Diluncurkan, KPU Pastikan Siap Gelar Pemilihan Umum di Tengah Covid-19

Sinopsis Film Soar Into the Sun, Dibintangi Rain & Shin Se Kyung, Tayang di Trans 7 Pukul 22.00 WIB

Tidak bisa hanya dilakukan oleh satu pihak tertentu saja.

Dalam sudut pandang media, pemerintah dan masyarakat perlu dikiritisi agar langkah-langkah memutus penyebaran virus bisa diterapkan dengan disiplin.

“Pemerintah dan masyarakat perlu dikritisi. Masyarakat diedukasi, pemerintah dikritisi sehingga pandemi ini menjadi PR bersama baik media, pemerintah maupun masyarakat,” ujarnya, Sabtu (15/8/2020).

Anang mengatakan, virus Corona jenis baru yang mengakibatkan Covid-19 ini tidak nampak oleh mata. Oleh sebab itu, siapapun harus waspada.

Sebelum Ramai Isu Tengkar, Ada Cerita Rizki DAcademy Soal Malam Pertama dengan Nadya: Kayak Asing

Sosok Pelaku Penembakan Pengusaha Pelayaran, Ada 2 Orang, Polisi Ungkap Sketsa Wajah & Ciri-cirinya

“Saya ingin menggagas bagaimana media dan pemberitaannya itu berperan mengatasi pandemi, dalam perspekstif orang media itu sendiri,” katanya.

Sejauh pengamatannya, Anang menyimpulkan bahwa masyarakat di Indonesia jarang sekali mengkonsumsi berita secara khafah atau secara totalitas.

Tipe masyarakat saat mengkonsumsi berita banyak yang tidak tuntas namun langsung berani mengeluarkan komentar. Terlebih lagi di sosial media.

“Jadi tidak tuntas. Tidak sampai selesai dibaca lalu direnungkan. Tipe masyarakat kita, tidak cukup total, tapi langsung bicara dan komentar. Ini yang kemudian dapat menimbulkan bias,” katanya.

Melihat arus informasi dari pemerintah kepada masyarakat melalui media, Anang mengku cukup prihatin.

Pasalnya, tidak terjadi keterbukaan informasi yang ideal. Keterbukaan informasi sangat penting untuk menunjang ketenangan di dalam masyarakat.

“Kalau kebijakkan pemerintah, yang saya dalami terhadap arus informasi dari pemerintah dan Satgas Covid ke media, dalam hati saya menyatakan keprihatinan. Informasi itu diberikan dalam rangka mengurangi ketidak pastian. Kalau informasi itu sumbernya benar, maka akan dapat dipahami, namun kalau tidak ingin memberi tahu, maka orang akan mencari ke manapun untuk memenuhi keingintahuan. Maka jangan salahkan juga ketika masyarakat mempercayai hoaks,” urainya.

Ia menerangkan, dalam teori pasca kebenaran atau post truth, kesalahan itu akan membangun kebenaran jika diekspos terus menerus.

Halaman
12

Berita Terkini