Pilkada Kota Blitar

Pertarungan di Pilwali Blitar 2020, Pengamat: Mesin Partai di Akar Rumput Jadi Penentu Kemenangan

Penulis: Samsul Hadi
Editor: Dwi Prastika
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengamat Sosial dan Politik sekaligus Dekan FISIP Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar, Hery Basuki, Selasa (8/9/2020).

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Samsul Hadi

TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Pertarungan memperebutkan posisi wali kota dan wakil wali kota di Pilwali Blitar 2020 bakal seru setelah hanya ada dua pasangan calon, yaitu, Santoso-Tjutjuk Sunario dan Henry Pradipta Anwar - Yasin Hermanto yang mendaftar di KPU Kota Blitar.

Mesin partai politik di tingkat akar rumput menjadi penentu memenangkan pertarungan di pesta demokrasi lima tahunan ini. Apalagi, Santoso dan Henry memiliki latar belakang sama, yaitu, kader PDI Perjuangan.

Meskipun Santoso bukan kader murni PDI Perjuangan karena berangkat dari birokrasi yang kemudian terjun ke dunia politik menjadi Wakil Wali Kota Blitar mendampingi Samanhudi Anwar, yang tak lain ayah Henry Pradipta Anwar pada periode 2016-2021.

Henry juga pernah menjabat anggota DPRD Kota Blitar dari Fraksi PDI Perjuangan periode 2014-2019. Henry dan Santoso juga pernah berpasangan mendaftar di penjaringan bakal calon wali kota dan bakal calon wakil wali kota di DPC PDI Perjuangan Kota Blitar.

Mereka mendaftar satu paket dengan posisi Henry sebagai bakal calon wali kota dan Santoso sebagai bakal calon wakil wali kota di DPC PDI Perjuangan Kota Blitar.

Di tengah jalan, Henry dan Santoso pecah.

Henry tidak mendapat rekomendasi dari DPP PDI Perjuangan untuk maju di Pilwali Blitar. Sebaliknya, rekomendasi DPP PDI Perjuangan diberikan kepada Santoso.

Operasi Tumpas Narkoba 2020, Polres Blitar Kota Tangkap 12 Tersangka, Ada Jaringan Pengedar di Lapas

Tapi, Henry akhirnya mendapat rekomendasi dari DPP PKB untuk maju di Pilkada Kota Blitar 2020. PKB berkoalisi dengan Partai Golkar dan PKS mengusung Henry-Yasin di Pilkada Kota Blitar.

Sedang PDI Perjuangan berkoalisi dengan Partai Gerindra, PPP, Partai Demokrat, dan Partai Hanura mengusung Santoso-Tjutjuk.

Henry dan Santoso yang sempat berpasangan saat mendaftar penjaringan bacawali-bacawawali di DPC PDI Perjuangan Kota Blitar, kini saling berhadap-hadapan di Pilwali Blitar 2020.

Melihat dinamika itu, Pengamat Sosial dan Politik sekaligus Dekan FISIP Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar, Hery Basuki berpendapat pertarungan antara dua kandidat di Pilwali Blitar 2020 akan berlangsung seru dan menarik.

Kedua kandidat sama-sama memiliki irisan basis dukungan di tingkat akar rumput.

Tak Lolos Verifikasi Faktual di KPU, Calon Independen Pilwali Blitar 2020 Ajukan Sengketa ke Bawaslu

"Saya melihat peluangnya masih 50 persen:50 persen. Tim sukses harus cermat dalam pemetaan dan pola berkampanye. Karena mesin politik di tingkat akar rumput menjadi kunci memenangkan pertarungan di Pilwali Blitar 2020," kata Hery Basuki, Selasa (8/9/2020).

Hery mengatakan, kedua kandidat sama-sama memiliki irisan basis dukungan massa simpatisan PDI Perjuangan di tingkat bawah. Diakui atau tidak, Henry dengan sosok ayahnya, Samanhudi Anwar yang menjabat wali kota dua periode dan diusung PDI Perjuangan masih memiliki pendukung loyal di tingkat bawah.

"Dan saya melihat pertimbangan partai memberikan rekomendasi di tiap daerah termasuk Blitar masih sangat pragmatis. Rekomendasi masih menjadi keputusan penuh pusat. Apakah keputusan pusat itu sejalan dengan di daerah? Saya kira belum tentu. Bisa saja yang di daerah berseberangan dengan pusat," ujarnya.

Selain basis dukugan simpatisan PDI Perjuangan di tingkat bawah, kata Hery, basis dukungan dari Nahdliyin juga bakal menjadi rebutan kedua kandidat di Pilwali Blitar 2020.

Amankan Suara untuk Pasangan Santoso-Tjutjuk Sunario di Pilwali Blitar, DPC PPP Baiat Para Kader

Basis dukungan dari Nahdliyin juga akan menjadi penentu memenangkan pertarungan di Pilwali Blitar.

Kedua kandidat juga sama-sama memiliki basis dukungan dari Nahdliyin. PPP yang berada di kubu Santoso-Tjutjuk akan bertarung dengan PKB yang berada di kubu Henry-Yasin untuk memperebutkan dukungan dari Nahdliyyin.

"Massa dukungan dari Nahdliyin juga menjadi penentu memenangkan pertarungan di Pilwali Blitar 2020," ujarnya.

Soal jumlah partai dalam koalisi, menurut Hery tidak seratus persen menjamin memenangkan pertarungan di Pilwali Blitar 2020. Partai politik yang memiliki anggota di parlemen tidak serta-merta merepresentasikan kemenangan di Pilwali Blitar.

"Dukungan partai di parlemen tidak menjamin (kemenangan). Mesin politik di tingkat bawah lebih penting. Karena, anggota partai yang duduk di parlemen kalau tidak ngopeni (mempertahankan) konstituen di dapilnya, dukungannya juga bisa rontok," katanya.

PKB Belum Bahas Pergantian Antar Waktu untuk Kader Anggota DPRD yang Maju di Pilwali Blitar 2020

Hery juga melihat ada basis dukungan lagi yang akan menjadi rebutan dua kandidat. Yaitu, basis dukungan dari dua calon perseorangan yang gagal mendaftar Pilwali Blitar 2020 di KPU karena belum memenuhi syarat minimal dukungan.

Kedua calon perseorangan, yaitu, Purnawan Buchori-Indri Kuswati dan Lisminingsih-Teteng. Dia memastikan basis dukungan dari kedua calon perseorangan juga menarik bagi kedua kandidat di Pilwali Blitar 2020.

"Basis dukungan dari calon perseorangan yang gagal mendaftar itu akan lari ke mana? Ini juga menarik untuk dicermati," katanya.

Untuk itu, kata Hery, tim sukses kedua kandidat harus cermat dalam membuat strategi dan memetakan massa dukungan di Pilwali Blitar 2020. Lebih penting lagi, pola-pola kampanye kedua kandidat juga harus benar-benar menyasar pada masyarakat di akar rumput.

"Kalau sudah begini jangan berpikir elitis kalau sudah begini. Berpikir elitis sudah tidak tepat untuk merebut simpati publik. Kandidat harus pintar memanfaatkan isu menarik untuk mendapat dukungan masyarakat," katanya.

Editor: Dwi Prastika

Berita Terkini