Viral 'Gunung Semeru Kembali Metetus', BPBD Lumajang Tegaskan: Salah, Simak Faktanya

Penulis: Tony Hermawan
Editor: Hefty Suud
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tangkapan layar warga saat panik ketika asap tebal membumbung tinggi ke langit di kawasan Supiturang, Kecamatan Pronojiwo.

TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG - Viral di media sosial, video kepulan asap tebal selimuti kawasan Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo.

Bahkan, ada warganet yang menarasikan video tersebut 'Gunung Semeru Kembali Meletus'.

Menanggapi itu, Kabid Pencegahan Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Kabupaten Lumajang Wawan Hadi Siswoyo membenarkan, Minggu sore (6/11/2020) lereng Gunung Semeru memang mengeluarkan kepulan asap tebal.

Baca juga: Jawaban Marc Marquez Terkait Comeback-nya di MotoGP

Baca juga: Optimal Sosialisasi Pilkada Tuban 2020, KPU Optimis Partisipasi Masyarakat Tinggi di Masa Pandemi

Namun, ia membantah salah jika kepulan asap itu disebabkan karena Gunung Semeru kembali meletus.

"Kalau kepulan asap itu wajar karena memang sisa material lahar panas terkena hujan otomatis keluar asap," ujar Wawan, Minggu (6/12/2020).

Lebih lanjut, Kata Wawan, usai Gunung Semeru erupsi pada Sabtu (1/12/2020), setiap sore warga yang tinggal di dekat Besuk Kobokan selalu mengungsi secara mandiri.

Sebab dikhawatirkan saat malam hari aktivitas Gunung Semeru kembali meningkat, mengingat karakteristik gunung yang fluktuatif.

Baca juga: Emas Ibu Pedagang Pasar Ngemplak Dicuri, Sang Anak Kerja Sama dengan Toko Perhiasan: Tangkap Pelaku

Baca juga: Big Match Liga Inggris Tottenham Hotspur Vs Arsenal Malam Ini - Beda Nasib Spurs dan The Gunners

"Memang setiap sore warga selalu mengungsi sendiri, pagi kembali ke rumah masing-masing. Terutama warga yang tinggal di Dusun Sumbersari karena sangat dekat Besuk Kobokan," ujarnya.

Adapun warga yang tinggal di Desa Supiturang biasanya mengungsi di dua titik. Yaitu SDN Supiturang IV dan Balai Desa Supiturang.

Sementara itu, terkait video hoaks yang menyebut Gunung Semeru meletus, ia pun meminta untuk segera dihentikan. Sebab hal itu justru bisa memicu kepanikan warga.

"Yang jelas masyarakat harus tenang tapi tetap waspada. Selain itu harus bisa menyaring berita mana yang benar dan yang tidak," pungkasnya.

Penulis: Tony Hermawan

Editor: Heftys Suud

Berita Terkini