SYARAT Mensos Risma Jawab Fitnah Pencitraan karena Blusukan Kata Pengamat, Rocky: Harusnya di Kantor

Penulis: Ani Susanti
Editor: Sudarma Adi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aksi blusukan Mensos Risma tuai pro kontra. Ini syaratnya agar tak dituduh pencitraan.

TRIBUNJATIM.COM - Inilah syarat harus dilakukan Mensos Risma jika tak ingin dituduh pencitraan karena aksi blusukannya.

Syarat itu dikuak pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, menanggapi aksi blusukan Mensos Risma difitnah pencitraan oleh beberapa pihak.

Sementara itu, pengamat lain yakni Rocky Gerung juga memberi saran kepada wanita bernama lengkap Tri Rismaharini itu.

Aksi blusukan Risma yang sedang menjadi sorotan (Twitter PDI Perjuangan)

Seperti diketahui, kata kunci "Bu Risma" menjadi topik pembicaraan dan trending di Twitter Indonesia pada Rabu (6/1/2021).

Pembicaraan ini ternyata membahas soal pro-kontra blusukan yang dilakukan mantan Wali Kota Surabaya dua periode, Tri Rismaharini, yang kini menjabat sebagai Menteri Sosial.

Diketahui, semenjak dilantik menjadi menteri kabinet, Risma memang sudah beberapa kali melakukan blusukan di seputar wilayah DKI Jakarta.

Namun, Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Mujiyono menilai aksi blusukan yang dilakukan oleh Risma sebagai sesuatu yang berlebihan.

"Jangan lebay aja, dikemas berlebihan norak jadinya. Yang dilakukan bu Risma termasuk kategori berlebihan," ujar Mujiyono saat dihubungi, Selasa (5/1/2021).

Selain itu, netizen pun ramai membicarakannya di lini masa media sosial, ada yang pro ada juga kontra. 

Baca juga: CCTV Sudirman Bukti Keaslian Blusukan Mensos Risma yang Dicurigai Publik, Pemprov Ungkap Faktanya

Melihat ini, pakar politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menilai apa yang dilakukan Risma sebagai sesuatu yang memang sesuai dengan gaya kepemimpinannya selama ini.

Adi menolak jika Risma sedang melakukan pencitraan di DKI Jakarta dengan aksi blusukannya itu.

"Harus dipahami style Bu Risma dari Surabaya memang blusukan, jadi kalau sekarang blusukan ya saya kira itu bawaan dari kepemimpinan Bu Risma," sebut Adi saat dihubungi via telepon, Rabu (6/1/2021).

Namun, Adi yang juga Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia menilai jika ada sangkaan pencitraan terhadap aksi blusukan politisi adalah hal yang wajar.

Hal itu dikarenakan selama ini banyak tokoh politik atau pejabat publik yang melakukan hal yang sama, namun tidak muncul hasil konkret atas aksi blusukannya itu.

"Karena sering kali hanya sesaat, di blow up di media, setelah itu tidak ada orang yang membicarakannya lagi," ungkap Adi, dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com.

Di sisi lain, ia juga menganggap sosok Mensos yang satu ini memang sudah lama menjadi magnet di masyarakat.

Banyak hal yang ia kerjakan mampu menarik perhatian baik media maupun publik.

"Terlepas dari apapun Bu Risma memang sudah terlanjur menjadi pembicaraan," sebut Adi.

Baca juga: Blusukan Mensos Risma Trending, Sudinsos Ungkap Fenomena Jadi Tanda Tanya, Wagub DKI: Musiman

Adi menyebut ada beberapa hal kunci yang bisa menjadikan aksi-aksi para pejabat atau politisi, termasuk Risma, tidak lagi disebut pencitraan.

1. Melakukan aksi yang terukur

Menurut Adi, ketika pejabat melakukan blusukan harus terukur.

Artinya dengan blusukan, seperti yang dilakukan Risma, minimal mendata, mendeteksi kelompok-kelompok miskin, pengangguran, dan diambil tindakan.

Setelah data dan informasi terkumpul, pejabat publik bisa menganalisis dan menentukan kebijakan yang tepat untuk mengatasi kondisi yang ada.

Dengan begitu, blusukan yang dilakukan bisa menghasilkan sesuatu yang manfaatnya dirasakan oleh publik.

Jika tidak ada langkah konkret yang dihasilkan pasca melakukan aksi blusukan atau sejenisnya, maka pasti aksi tersebut hanya akan berakhir dengan tudingan pencitraan.

"Jangan sekedar blusukan, jadi harus ada solusi. Minimal orang nganggur sudah enggak nganggur, orang miskin bisa dikurangi," ujar dia.

Risma dan cuplikan video blusukannya ke berbagai lokasi tempat gelandangan (Wartakota)

2. Memperluas jangkauan wilayah blusukan

Agar tidak dituding pencitraan di DKI Jakarta, Risma perlu blusukan tidak hanya di sekitar Jakarta, tapi juga di titik-titik terluar di Indonesia.

Ini wajar mengingat posisinya saat ini sudah bukan lagi sebagai pemimpin tertinggi suatu kota, namun seorang menteri di kabinet pemerintahan pusat.

"Bu Risma akan terus dibilang pencitraan kalau ngomong dengan dengan pemulung, kelompok miskin kota ini di Thamrin, di Jakarta. Kalau mau blusukan di seluruh Indonesia, jadi blusukannya harus diperluas, jangan hanya di Jakarta," jelas Adi.

Ia mencontohkan beberapa wilayah seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur yang selama ini memiliki kondisi cukup tertinggal jika dibanding wilayah lain di Tanah Air.

Selain kondisinya tertinggal, di wilayah-wilayah itu juga pemberitaan media tidak seramai di kota-kota besar apalagi Jakarta.

"Bu Risma akan terus disebut sebagai pencitraan selama tidak ada langkah-langkah konkrit setelah blusukannya itu," ujar Adi. 

Baca juga: BERITA TERPOPULER JATIM: Mensos Risma Bawa Oleh-oleh Khas Dolly hingga Es Krim Sehat Omzet Rp15 Juta

Kata Rocky Gerung

Blusukan Risma itu menjadi sorotan oleh beberapa pihak, satu di antaranya pengamat politik Rocky Gerung.

Melalui kanal YouTube-nya, Rocky Gerung beri pesan ke Risma agar berhati-hati dan seharusnya berada di kantor kementerian.

"Hati-hati bu Risma, harusnya tinggal di kantor," ujar Rocky pada kanal Youtube, Rocky Gerung Official, Rabu (6/1/2021).

Menurut Rocky, Risma memastikan tidak ada oknum pejabat untuk korupsi dana bantuan sosial (bansos). 

"Pastikan bahwa enggak ada 'pengemis' bansos yang berpura-pura untuk jadi volunteer, lalu korupsi uang bansos."

"Bersihkan gorong-gorong di kantor, Bu Risma, lalu kasih sinyal pada partai PDIP (partai Bu Risma) supaya jangan jebloskan dia lagi untuk peluang korupsi," lanjutnya, dikutip TribunJatim.com dari Tribunnews.

Baca juga: Mensos Risma Blusukan Tinjau Warga Miskin di Eks Lokalisasi BC Kota Mojokerto

Sebelumnya, menurut Rocky, tidak ada pengemis yang berada di daerah kawasan Jakarta tepatnya Jalan Sudirman-Thamrin.

"Enggak ada pengemis di Jalan Thamrin, semua orang Jakarta ngerti itu, pengemis itu pasti adanya di malam hari di perempatan strategis," tutur Rocky.

Ahli filsafat ini mengatakan daerah itu tidak mungkin ada pengemis.

"Itu dinas sosial tau persis itu, karena itu daerah karpet merat, untuk diplomatic society, dari segi logika aja enggak mungkin terjadi," kata Rocky.

Rocky mengatakan anggapan pencitraan pada blusukan yang dilakukan Risma ini adalah konsekuensi.

"Karena enggak mungkin, maka orang menganggap Risma sekarang punya pasukan pencitraan, jadi itu konsekuensi dugaan orang," lanjutnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bu Risma" Trending di Twitter, Ini Kata Pengamat agar Tidak Dituding Pencitraan dan Tribunnews.com dengan judul Soroti Risma Lakukan Blusukan, Ini Komentar Rocky Gerung.

Berita Terkini