Ceritakan Sisi Lain Prancis, Mahasiswa Kedokteran Unusa Tulis Buku It's Not Just Eiffel

Penulis: Sulvi Sofiana
Editor: Yoni Iskandar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Mohammad Qoimam Bilqisthi Zulfikar menunjukkan buku It's Not Just Eiffel yang dibuatnya selama pandemi.

Reporter : Sulvi Sofiana | Editor : Yoni Iskandar

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kesempatan mengikuti pertukaran pelajar di Prancis menjadi pengalaman berharga bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).

Iapun membuat buku It's Not Just Eiffel yang mengupas tentang kehidupan di Prancis yang tidak hanya mengenai wisata menara Eiffel.

Yaitu Mohammad Qoimam Bilqisthi Zulfikar yang membuat buku ini setelah mengikuti pertukaran pelajar dalam rangka kompetisi akademik mahasiswa.

Qoimam menjelaskan dalam buku tersebut ia menceritakan kehidupan di Prancis yang lebih cenderung modern.

Prancis merupakan negara multikultural, khususnya di ibu kota Paris yang merupakan salah satu kiblat fashion dunia.

"Dalam buku itu menceritakan kehidupan di Prancis mulai dari toleransi beragama di tempat tersebut sangat besar," jelas Qoimam TribunJatim.com.

Baca juga: Langkah Persela Lamongan Usai Liga 1 2020 Resmi Dibatalkan

Baca juga: Tangis Pecah Sambut Kedatangan Jenazah Rahmania Bersama Putrinya Korban Sriwijaya Air

Baca juga: Bupati dan Wakil Bupati Jember Terpilih, Bekerja Awal Tanpa APBD

Menurutnya agama minoritas muslim sangat dihargai di Paris. Hal ini terliht dari banyak tempat makan yang menyajikan makanan halal bagi masyarakat muslim.

"Negara ini cukup menghargai waktu ibadah salat yang akan dilakukan masyarakat muslim," beber pria yang lahir pada 25 Desember 1996 ini.

Prancis sendiri salah satu negara di Eropa barat yang memiliki muslim terbesar sehingga memiliki multirasial dan multikultural yang sangat dihargai.

Selain itu, dalam buku yang ditulisnya tidak hanya membahas tentang nilai toleransi, tetapi juga tentang kemajuan sains dan teknologi, hingga kekayaan histori serta budaya yang melegenda.

"Jadi buku itu menceritakan perjalanan saya selama berada di Prancis," ungkap pria berusia 24 tahun ini.

Setidaknya ia membutuhkan eaktu setahun untuk mengerjakan buku ini. Pasalnya, ia juga harus menjalani koass di rumah sakit.

"Melalui buku ini saya bisa menyalurkan ilmu yang saya dapatkan kepada pembaca muda dengan pembawaan buku lebih ringan untuk dibaca oleh anak muda," pungkasnya kepada TribunJatim.com.

Berita Terkini