Penulis : Yoni Iskandar | Editor : Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang kita kenal dengan sebutan Gus Baha' saat ini lagi viral dan pengajian-pengajiannya digandrungi berbagai kalangan .
Gus Baha' punya kalimat khas dan mudah dipahami orang awam. Kiai satu ini sering kali menggoncang cara berpikir mainstrem masyarakat dalam memahami agama. Setiap kali membahas persoalan agama, utamanya hukum-hukum dalam peribadatan dan muamalat, tidak hanya menyodorkan barang jadi tapi juga proses dan logika terjadinya sebuah hukum.
Hal ini lantaran Gus Baha' mempunyai keilmuan yang komplit, mulai dari ilmu Alquran, Hadis, nahwu, shorf, balaghoh, mantiq dan khazanah bacaan kitab kuning yang amat luas.
Ibarat pertanian, Gus Baha’ mengajarkan jama’ah untuk memahami bagaimana cara menanam padi hingga memasakknya menjadi nasi yang siap santap
Sudah tak terhitung lagi video ceramah dan ngaji Gus Baha' yang beredar di media sosial. Tak tanggung-tanggung, setiap konten sosok kiai asal narukan Rembang, Jawa Tengah ini sagat sederhana itu selalu membawa daya tarik para netizen. Tidak jarang, ceramah Gus Baha menjadi viral lantaran diputar ratusan ribu hingga jutaan kali.
Kendati selalu berpenampilan sederhana ala santri yang masih mondok, namun ilmu yang disampaikan Gus Baha banyak diterima oleh berbagai elemen masyarakat. Bahkan, tidak sedikit masyarakat nonmuslim yang begitu tertarik untuk menikmati ceramahnya.
• Andai Kakak Gus Baha Masih Hidup, Akan Ada Matahari Kembar Menerangi Indonesia Dalam Berdakwa
• Ketua DPD RI Desak Pemda Lakukan Root Cause Analysis untuk Tangani Banjir
• Ujian Nasional Ditiadakan, Penentuan Kelulusan Dikembalikan ke Sekolah
Satu hal yang membuat Gus Baha populer dan disegani, yakni penyampaiannya tidak hanya serius, melainkan mendalam dengan berbagai pendekatan ilmu, memakai logika akal sehat, dan menjadi ciri khas adalah selalu membawa gelak tawa.
Orang alim seperti Gus Baha selalu saja ada orang yang mengajak debat, entah itu pengen menguji, menjatuhkan, atau hanya sebatas iseng semata.
Dalam suatu majelis pengajian Haul KH Abdul Hamid Pasuruan, Gus Baha pernah bercerita bahwa ia pernah debat dengan seorang santri.
“Gus, jenengan (Anda) nanti masuk surga kalah sama saya,” kata seorang santri.
“Lhoo, kok bisa?” timbal Gus Baha.
“Iya, Gus. Itu kan ada dalam hadis. Sangat jelas, Gus.”
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.
“Hadis ini cocok buat saya, Gus. Saya masih mencari ilmu. Kalau jenengan nggak cocok, karena jenengan sudah ketemu ilmunya. Jadi, saya yang duluan masuk surga,” ujar si santri.
Gus Baha' pun langsung tertawa mendengar jawaban santri itu.
“Baru sekali ini saya kalah debat. Itupun debatnya sama santri,” ungkap Gus Baha' dengan santai.
Gus Baha' selalu mengampanyekan kalau beragama itu harus mudah dan bahagia. Orang yang punya Tuhan dan beragama juga harus tetap santai dan rileks, termasuk juga dalam melakukan ritual-ritual peribadatan.
Gus Baha menganggap, aneh rasanya orang punya Tuhan tapi hidupnya justru emosian, sering kecewa dan terlalu serius. Dalam lingkaran-lingkaran pengajian Gus Baha, tawa bahagia tidak pernah tidak terdengar dan tergelak dari rona wajah dan mulut jamaahnya.
"Syukur ini yang mengawal kita nikmati ibadah sampai mati, tapi nek ora syukur bahaya," ujar Gus Baha'
“Obsesi saya terbesar atau Cita-cita saya terbesar, memang, setiap ngaji saya ingin orang mukmin semuanya itu Bahagia.Karena dengan menjadi bahagia, orang-orang tidak akan mencari kebahagiaan melalui kemaksiatan," imbuhnya.