Ngaji Gus Baha

Gus Baha : Jangan Suka Mengkafirkan Orang Muslim, Masuk Neraka

Penulis: Yoni Iskandar
Editor: Yoni Iskandar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Acara ramah tamah bersama Gus Firjoun dan Gus Baha' di Jember

Cerita demikian ini juga terjadi pada zaman Nabi. Suatu ketika, para sahabat hendak mengadili orang A'rabi karena bersikap tidak baik terhadap Rasulullah. Pasalnya, orang tersebut menggerutu saat diberi uang sedikit oleh Nabi ketika ia memintanya.

Karena ada sikap mengkhawatirkan dari sahabatnya, A'rabi itu dipanggil kembali oleh Rasulullah Saw. Nabi pun memberinya lebih banyak lagi sampai orang tersebut merasa puas.

Karena sudah puas, Rasulullah pun mengumumkan kepada para sahabatnya bahwa orang tersebut sudah puas. Hal demikian dikonfirmasi oleh A'rabi itu.

Andaikan para sahabat tadi membunuh A'rabi, tentu ia masih dalam keadaan membenci Nabi sehingga dapat membuat orang tersebut masuk neraka. Sebaliknya, orang tersebut bahkan jadi mencintai Nabi setelah diberikan kepuasan yang cukup untuknya.

"Ketika si A'rabi mencintai Nabi karena dibayar, itu cukup loh dalam Islam," pungkas Gus Baha.

Gus Baha punya kalimat khas dan mudah dipahami orang awam, seperti dalam setiap pengajiannya.

Gus Baha punya kalimat khas dan mudah dipahami orang awam. Kiai satu ini sering kali menggoncang cara berpikir mainstrem masyarakat dalam memahami agama. Setiap kali membahas persoalan agama, utamanya hukum-hukum dalam peribadatan dan muamalat, tidak hanya menyodorkan barang jadi tapi juga proses dan logika terjadinya sebuah hukum.

Hal ini lantaran Gus Baha mempunyai keilmuan yang komplit, mulai dari ilmu Alquran, Hadis, nahwu, shorf, balaghoh, mantiq dan khazanah bacaan kitab kuning yang amat luas.

Ibarat pertanian, Gus Baha’ mengajarkan jama’ah untuk memahami bagaimana cara menanam padi hingga memasakknya menjadi nasi yang siap santap.

Menyesal Tak Beribadah

Seperti diceritakan oleh Gus Baha dalam pengajiannnya, bahwa ada orang alim, setiap kali tidak bisa terbangun dari tidur di malam hari untuk salat tahajud, keesokan harinya dia menangis tersedu-sedu. Merasa menyesal sekali karena tidak melaksanakan ibadah penting.

Setelah terjadi berkali-kali, akhirnya Tuhan menegur. “Hei, hambaku... Coba jawab pertanyaanku ini. Siapakah yang membuatmu mengantuk lalu tertidur?”
.
“Anda, ya Tuhan...”
.
“Siapakah yang punya kekuasaan untuk membuatmu bangun dari tidur?”
.
“Tentu saja hanya Anda, ya Tuhan...”
.
“Kalau begitu, kamu tidak perlu menangis setiap kali tak bisa bangun untuk menunaikan salat Tahajud. Karena yang punya kuasa membuatmu tidur dan membangunkanmu hanyalah aku.”
.
“Tapi Tuhan... Aku telah melewatkan ibadah penting. Bukankah itu pasti bisikan dan ajakan setan?”
.
“Setan itu mengajakmu untuk berbuat buruk. Apakah tidur itu perbuatan buruk?”

.
“Tidak, ya Tuhan...”
.
“Kalau begitu, jangan risau. Karena kamu tidak sedang melanggar laranganku.”

Gus Bah menerangkan, bahwas tidur itu baik karena waktu untuk beristirahat setelah siangnya kalian bekerja untuk menafkahi keluarga.

"Kamu berhubungan badan dengan istrimu juga perbuatan yang baik. Kamu ngeloni anakmu juga perbuatan baik. Jadi jangan sampai satu perbuatan baik merasa jadi nista hanya karena tidak terkabul untuk melakukan perbuatan baik lain,” jelasnya.

Berita Terkini