Virus Corona

Wanita Meninggal setelah Vaksin Covid-19, Gejala Sangat Tak Biasa, WHO Buka Suara: Tak Ada Pertanda

Penulis: Ani Susanti
Editor: Sudarma Adi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI Berita wanita meninggal setelah divaksin Covid-19.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Sudarma Adi

TRIBUNJATIM.COM - Kasus wanita meninggal setelah divaksin Covid-19 kembali terjadi.

WHO buka suara terkait kasus meninggalnya wanita setelah vaksin Covid-19 ini.

Gejala sangat tak biasa disebut dialami si wanita setelah mendapat vaksin Covid-19.

Simak berita selengkapnya.

Baca juga: Persiapan Vaksinasi Covid-19 Lansia di Kabupaten Tulungagung, Dinkes Mulai Pendataan Tingkat Desa

Dilansir TribunJatim.com dari Intisari, kasus ini terjadi di Denmark.

Wania berusia 60 tahun meninggal dunia setelah menerima vaksin Covid-19 dari AstraZeneca.

Dia meninggal karena pembekuan darah yang disebut gejala yang "sangat tidak biasa" oleh Badan Pengawas Obat Denmark pada Minggu (14/3/2021).

Mengutip Reuters, Badan Pengawas Obat Denmark menyebutkan, perempuan itu memiliki jumlah trombosit dan gumpalan darah yang rendah di pembuluh kecil dan besar, serta pendarahan.

Baca juga: Dinkes Kota Blitar Dapat Tambahan 4.760 Vaksin Covid-19, Prioritas untuk Tokoh Agama hingga Lansia

Program vaksinasi di Eropa mengecewakan dalam dua minggu terakhir oleh laporan bahwa penerima inokulasi vaksin virus corona AstraZeneca mengalami pembekuan darah.

Sementara Badan Pengawas Obat Eropa menyatakan, tidak ada indikasi bahwa kejadian itu disebabkan oleh vaksinasi, pandangan yang juga digaungkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia pada Jumat (12/3/2021).

Lalu AstraZeneca Plc mengatakan pada Minggu (14/3/2021), tinjauan data keamanan orang yang divaksinasi dengan vaksin Covid-19 mereka tidak menunjukkan bukti peningkatan risiko pembekuan darah.

Tanggapan WHO

Direktur Oxford Vaccine Group, Andrew Pollard, pada Senin (15/3/2021) mengatakan, tidak ada hubungan antara vaksin Covid-19 yang dikembangkan bersama AstraZeneca dengan pembekuan darah.

Pollard menerangkan, "Bukti sangat kuat bahwa tidak ada peningkatan fenomena pembekuan darah di sini di Inggris, di mana sebagian besar dosis di Eropa telah disuntikkan."

"Sangat penting bahwa kami tidak memiliki masalah untuk tidak memvaksinasi orang dan memiliki keseimbangan risiko yang sangat besar, risiko yang diketahui dari Covid, terhadap apa yang muncul sejauh ini dari data yang kami dapatkan dari regulator - tidak ada pertanda masalah," katanya kepada radio BBC.

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Untuk Pelayan Publik di Kota Malang Ditargetkan Rampung Akhir Maret

AstraZeneca pada Minggu mengatakan, tidak ada bukti pembekuan darah dari vaksin corona mereka, setelah hasil dari 17 juta dosis dianalisis.

Perusahaan farmasi itu melanjutkan, 15 kasus trombosis vena dalam (DVT) dan 22 kasus emboli paru yang dilaporkan para penerima vaksin AstraZeneca, jauh lebih rendah daripada yang diperkirakan terjadi secara alami pada populasi umum.

Baca Juga: Parah! 247 Tentara PBB Jadi Korban, Diiming-Imingi Vaksin Covid-19 dengan Bayar Rp300 Ribu, Ternyata Hanya Disuntik dengan Air Biasa, Baru Terkuak Gara-Gara Hal Ini

"Kondisi pandemi menyebabkan meningkatnya perhatian dalam kasus individu, dan kami meninggikan standar dalam pemantauan keamanan obat-obatan berlisensi untuk melaporkan vaksinasi, guna memastikan keamanan publik," terang kepala petugas medis Ann Taylor.

"Dalam hal kualitas, juga tidak ada masalah yang dikonfirmasi terkait dengan batch vaksin kami yang digunakan di seluruh Eropa, atau di seluruh dunia."

Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Obat-obatan Eropa (EMA) sama-sama mengklaim, tidak ada bukti vaksin AstraZeneca harus ditangguhkan.

Vaksin AstraZeneca Baru Tiba di Indonesia

Di antara empat jenis vaksin Covid-19 yang digunakan pemerintah Indonesia, vaksin AstraZeneca belakangan memang paling mendapatkan sorotan.

Dibanding vaksin Covid-19 lainnya, Novavax, Pfizer, dan Sinovac, AstraZeneca diduga memberikan efek samping yang paling berbahaya.

Padahal, vaksin Covid-19 AstraZeneca sendiri baru saja tiba di Indonesia pada Senin (8/2/2021) dan diharapkan menambah 'amunisi' vaksin pemerintah Indonesia.

Sebanyak 1.113.600 dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca tiba di Soekarno-Hatta, kemarin.

Sayangnya, hingga berita ini diturunkan, diketahui beberapa negara sudah menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca.

Baca juga: Serbuan Vaksinasi Covid-19, 1.323 Prajurit TNI Se-Malang Raya Terima Vaksin Tahap Dua

Irlandia dan Belanda pada Minggu (14/3/2021) menjadi negara terbaru yang menangguhkan vaksin AstraZeneca/Oxford sebagai tindakan pencegahan.

Denmark, Norwegia, dan Islandia juga menangguhkan vaksin corona AstraZeneca.

Irlandia menunda sementara vaksin AstraZeneca atas saran dari panel penasihatnya, mengikuti langkah Norwegia.

Sementara itu Kementerian Kesehatan Belanda juga mengatakan, pihaknya menangguhkan vaksin AstraZeneca sebagai tindakan pencegahan.

Sementara itu hingga Selasa (16/3/2021) pagi, berikut 10 negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak, dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com.

1. Amerika Serikat: 30.135.014 kasus, 547.961 orang meninggal, total sembuh 22.283.061

2. Brasil: 11.519.609 kasus, 279.286 orang meninggal, total sembuh 10.111.954

3. India: 11.409.524 kasus, 158.892 orang meninggal, total sembuh 11.025.493

4. Rusia: 4.400.045 kasus, 92.494 orang meninggal, total sembuh 4.003.576

5. Inggris: 4.263.527 kasus, 125.580 orang meninggal, total sembuh 3.526.715

Baca juga: Soal Vaksinasi Covid-19 untuk Tahanan, Kepala Rutan Medaeng Sebut Sudah Melakukan Pengajuan

6. Perancis: 4.078.133 kasus, 90.762 orang meninggal, total sembuh 273.771

7. Italia: 3.238.394 kasus, 102.499 orang meninggal, total sembuh 2.605.538

8. Spanyol: 3.195.062 kasus, 72.424 orang meninggal, total sembuh 2.857.714

9. Turki: 2.894.893 kasus, 29.552 orang meninggal, total sembuh 2.716.969

10. Jerman: 2.585.369 kasus, 74.115 orang meninggal, total sembuh 2.365.100

Baca juga: Permintaan Terakhir Anton Medan Sebelum Meninggal Terwujud, Istri Nangis Pegangi Tangan, Anak: Fight

Berita Terkini