Sebagai orang tua, Wahyudi hanya bisa mengarahkan. Akhirnya Pandu diterima menjadi anggota TNI AL.
"Ketika mendaftar menjadi tentara, kita semua sadar akan segala risikonya. Apalagi menjadi kru kapal selam, risikonya lebih besar dari kapal permukaan," jelas Wahyudi.
"Ini sudah menjadi ketetapan Tuhan. Kami harus menerima kenyataan, anak kami gugur saat berlayar bersama kapal selam KRI Nanggala 402," tambahnya.
Ikuti berita seputar KRI Naggala 402