Kilas Balik

Soekarno Sakit saat Bacakan Proklamasi, Malam Sebelumnya Sempat Diculik, Terhenti karena Fatmawati

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Inilah cerita sebelum Soekarno bacakan Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Jepang sendiri menjadi bingung dengan keberadaannya di Indonesia, tapi cenderung mematuhi sekutu untuk tetap mengamankan Indonesia, sambil menunggu pasukan sekutu masuk untuk mengambil alih kekuasaan.

Tapi di mata organisasi-organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, menyerahnya Jepang kepada sekutu itu justru dianggap sebagai kesempatan untuk memproklamasikan kemerdekaan tanpa campur tangan Jepang.

Akan tetapi demi mempersiapkan kemerdekaan untuk Indonesia, Jepang sendiri telah membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), yang pada tanggal 16 Agustus 1945 akan mengadakan rapat yang dipimpin Soekarno untuk mempersiapkan kemerdekaan RI.

Baca juga: Putar Pidato Proklamasi, KAI Daop 8 Bangkitkan Semangat Penumpang saat Perayaan HUT RI ke-76

Masih adanya campur tangan Jepang itu membuat para tokoh muda seperti Sutan Syahrir, Sukarni dan Chaerul Saleh berencana menculik Soekarno.

Tujuannya adalah untuk mengamankannya di suatu tempat agar sepak terjang Soekarno tidak dipengaruhi oleh Jepang.

Selain menculik Soekarno, para pemuda pimpinan Sukarni ternyata berencana melakukan pemberontakan untuk menguasai Jakarta dari tangan Jepang.

Tapi jika pemberontakan untuk menguasai Jakarta dan melumpuhkan pasukan Jepang itu gagal, para pemuda dari kelompok pemberontak pasti dihukum mati oleh Jepang.

Bahkan Soekarno yang dijadikan pemimpin oleh para pemuda pemberontak juga ikut dihukum mati jika aksi pemberontakan  berakhir dengan kegagalan.

Baca juga: Sosok Ardelia Muthia Zahwa, Pembawa Baki Bendera Upacara HUT RI 17 Agustus 2021, Asal Sumatera Utara

Demi mengamankan Soekarno dari pengaruh Jepang sekaligus menyembunyikan Soekarno jika pembrontakan gagal, para pemuda di bawah pimpinan Sukarni yang dibantu anggota PETA (Pembela Tanah AIR) kemudian menculik Soekarno dan Bung Hatta pada 16 Agustus 1945 dini hari.

Aksi penculikan itu sebenarnya bukan membawa Soekarno di bawah todongan senjata, tapi upaya membawa Soekarno dan istrinya, Fatmawati serta anaknya Guntur yang masih bayi, secara diam-diam agar tidak diketahui militer Jepang.

Untuk tidak menimbulkan kecurigaan, para penculik termasuk Soekarno mengenakan seragam militer PETA.

Soekarno sendiri telah disediakan seragam PETA dan dengan dongkol berusaha memakainya karena ukurannya terlalu kekecilan.

Baca juga: Kisah di Balik Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Sayuti Melik Ubah Sejumlah Hal

Merasa konyol karena mengenakan seragam PETA yang terlalu kekecilan, Soekarno langsung menilai bahwa tindakan Sukarni dan rekan-rekannya yang diklaim merupakan tindakan revolusioner itu, jelas-jelas tanpa perencanaan yang baik.

Soekarno bersama rombongan yang keluar rumah  untuk menuju ke dua mobil yang sudah menunggunya, sempat melihat Bung Hatta di satu mobil lainnya dengan wajah jemu sekaligus kesal.

Soekarno dan Bung Hatta kemudian dibawa ke Rengasdengklok, Kerawang, karena di daerah itu sudah tidak ada pengawasan dari Jepang.

Halaman
123

Berita Terkini