TRIBUNJATIM.COM - Berikut ini 3 jenis diet yang paling banyak dicari selama pandemi Covid-19.
Selama pandemi Covid-19, rupanya ada beberapa diet yang populer di kalangan masyarakat.
Masa pandemi yang membuat seseorang lebih banyak di rumah ternyata bisa dimanfaatkan untuk menjalankan program diet.
Bagi Anda yang ingin punya tubuh ideal, bisa dengan cara diet untuk menurunkan berat badan.
Lalu jenis diet manakah yang cocok?
Baca juga: Cara Turunkan Berat Badan Ala Okky Lukman, Tanpa Diet Ketat dan Tetap Makan Nasi, Kuncinya Olahraga
Setiap metode diet sebenarnya bereaksi dengan cara berbeda untuk setiap orang.
Terkadang, ada yang berhasil menurunkan berat badan dengan diet keto namun ada pula yang justru jatuh sakit karena diet tersebut.
Sebagai refrensi Anda yang ingin menurunkan berat badan, berikut manfaat dan efek samping metode diet yang sering dilakukan orang:
Baca juga: Cara Diet Seminggu Turun 10 Kg Tanpa Menyiksa, Catat Menu Makan dan Olahraga yang Cepat Bakar Kalori
Diet Keto
Diet keto menerapkan pola makan yang kaya akan lemak dan mengurangi makanan mengandung karbohidrat.
Tubuh biasanyamengunakan glukosa dari karbohidrat sebagai energi.
Dalam diet keto, kita tak lagi mengonsumsi karbohirat. Jadi, energi akan didapatkan dari proses pembakaran lemak.
Hal ini akan meningkatkan metabolisme, menjaga tingkat gula darah, dan menurunkan risiko penyakit jantung. Diet ini sangat cocok untuk penderita diabetes tipe 2 atau epilepsi.
Namun, diet keto bisa memicu "keto flu", yaitu kumpulan gejala seperti sembelit, susah tidur, sakit kepala, dan sebagainya.
Keto flu biasanya terjadi saat awal mula kita mempraktikan jenis diet ini.
Baca juga: Menu Diet Ala Tantri Kotak, Lele Goreng dan Nasi Merah Ditambah dengan Jengkol, Ini Cara Memasaknya
Puasa Intermiten
Puasa intermiten atau intermiten fasting merupakan pola diet yang menerapkan jendela makan dalam waktu tertentu. Nah, salah satu metode intermiten fasting yang terkenal adalah 5:2.
Dalam metode tersebut, kita bisa makan normal selama lima hari lalu melakukan puasa selama dua hari.
Pola diet ini juga terbukti mampu meningkatkan metabolisme, meningkatkan kadar insulin dan hormon pertumbuhan, serta meningkatkan produksi sel induk.
Namun, metode diet ini bisa memicu heartburn, dehidrasi, memicu peningkatan stres dan gangguan tidur.
Baca juga: 7 Camilan Sehat dan Mudah Dicerna saat Lapar di Tengah Malam, Dijamin Tak Ganggu Program Diet
Diet Paleo
Metode diet ini meniru pola makan nenek moyang kita pada zaman paleolitikum, di mana orang-orang lebih banyak mengonsumsi makanan utuh daripada makanan olahan.
Jadi, kita hanya bisa buah, daging tanpa lemak, ikan, sayur, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Selain bagus untuk menurunkan berat badan, pola diet ini juga dipercaya dapat menyeimbangkan tekanan darah.
Namun, riset dari Australia yang diterbitkan dalam European Journal of Nutrition, membuktikan mereka yang menjalani diet paleo memiliki tingkat biomarker darah yang tinggi.
Tingginya tingkat biomarker darah ini terkait dengan penyakit jantung.
Diet paleo juga berefek negatif bagi kesehatan usus.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "3 Jenis Diet yang Paling Banyak Dicari Selama Pandemi Covid-19"