Muktamar NU

Pesan Rais Aam PBNU ke Semua Kader NU untuk Tidak Plin-plan

Penulis: Galih Lintartika
Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rais Aam PBNU KH Miftahul Ahyar dalam Muktamar NU ke-34

Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Galih Lintartika

TRIBUNJATIM.COM, LAMPUNG - Rais Aam PBNU KH Miftahul Ahyar mengatakan NU punya potensi kekuatan yang hebat yang  bisa mendunia. 

Potensi yang dimiki ini, kata dia, sama seperti Islam sendiri yakni sebagi agama bagi alam semesta. Maka pewaris NU juga harus mendunia. 

"NU harus menjadi kekuatan di dunia. Saat ini kiprah NU sedang dinantikan dunia," kata KH Miftahul Ahyar dalam pidato pembukaan (khutbah iftitah) Muktamar NU ke-34 di Bandar Lampung, Rabu (23/12/2021).

Ia berharap, ke depan kiprah NU harus mampu melahirkan peradaban baru, tatanan baru bagi dunia agar bisa melahirkan peradaban baru, karakter-karakter yang mendunia itu harus terus digali dan diperkokoh. 

Baca juga: Tepis Anggapan Potensi Perpecahan, Gus Fahrur Yakin Muktamar NU ke-34 Berlangsung Sejuk

"Sifat membebek, grudak-gruduk, latah harus kita enyahkan," kata dia 

Nabi Muhammad, kata dia, telah mengingatkan agar kita tidak plin-plan dan latah. Peringatan Nabi Muhammad itu harus dipegang oleh seluruh kader NU. 

Kader Nahdlatul Ulama, kata dia, harus mampu menunjukkan kepribadian dan semangat menuju kebaikan serta menjaga idealisme dan kemandirian dalam bersikap.

"Ikut-ikutan orang lain dan menjadi latah, hanya akan membuat kita terpecah belah, terombang-ambing dan menjadi bulan-bulanan," ujar dia.

Kekuatan jam’iyah Nahdlatul Ulama sebenarnya sangat luar biasa. Tapi selama ini banyak warga Nahdlatul Ulama yang hanya memosisikan diri sebagai jemaah, belum ber-jam’iyah. 

"Inilah yang perlu kita jam’iyah-kan. Jangan sampai nantinya warga tercerai berai hanya karena kepentingan-kepentingan sesaat. Mereka harus mengikuti satu komando, yang dikomando dari PBNU dan didukung oleh para mustasyar," ujar dia.

Men-jam’iyah-kan jamaah dengan segala potensinya yang berkekuatan raksasa ini, menjadi pekerjaan rumah terpenting dari sekian pekerjaan rumah yang lain. 

Sebab, potensi raksasa ini, kalau tidak dikelola dengan baik dan benar, justru akan menjadi beban, terpecah belah dan menjadi bulan-bulanan serta diperebutkan oleh kelompok-kelompok lain. 

Karenanya, menyongsong satu abad dan memasuki abad  kedua Nahdlatul Ulama, ia mengajak warga Nahdliyin menyegarkan kembali gerakan dan sistem komando. 

Hal ini penting agar posisi Nahdlatul Ulama sebagai ashabul haq sekaligus (meraih posisi) ashabul qoror wal quwwah dapat terwujud dalam berbagai dimensi kehidupan kebangsaan dan kemasyarakatan kita.
 
Ia juga meminta saat ini warga Nahdliyin melakukan evaluasi diri terhadap apa yang sudah dilakukan dan membuat sesuatu yang mesti dilakukan agar siap memasuki Revolusi Industri 4.0 seperti yang ditanamkan oleh para pendahulu NU dalam bingkai trilogi ukhuwah.

Halaman
12

Berita Terkini