Gunung Semeru Erupsi

Perjuangan Guru Lereng Semeru Demi Mengajar 42 Murid Terisolir, Lewat Makadam dan Material Vulkanik

Penulis: Tony Hermawan
Editor: Dwi Prastika
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang guru SDN Jugosari III saat mendatangi para siswanya yang tinggal di Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Kamis (6/1/2021).

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Tony Hermawan

TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG - Semangat guru dan murid di Lumajang ini memang patut diacungi jempol.

Di tengah keterbatasan yang ada pasca erupsi Gunung Semeru, guru dan murid SDN Jugosari III di Kecamatan Candipuro, Lumajang, tetap semangat melangsungkan pembelajaran tatap muka.

Meski untuk bisa mengajar muridnya, para guru harus menerjang jutaan material erupsi Gunung Semeru.

Saat kabut di sekitaran SDN Jugosari III di Kecamatan Candipuro, Lumajang, belum sepenuhnya hilang, Eri Eliyawati dan dua rekan guru lainnya harus bersiap pergi ke Dusun Sumberlangsep.

Hal itu dilakukan karena ada puluhan murid yang terisolir dan tak bisa bersekolah, akibat dam di atas Sungai Regoyo terputus.

Sekitar pukul 07.30 WIB, tiga guru termasuk Eri bersiap menuju Dusun Sumberlangsep. Jaraknya memang hanya 3,5 kilometer. Namun, mereka harus melewati jalan makadam, serta jutaan kubik material vulkanik Gunung Semeru yang memadati Sungai Regoyo.

Sepeda motor matic yang mereka tunggangi tak banyak membantu dalam perjalanan. Sering motor mereka hampir kehilangan keseimbangan karena rodanya selip. Sampai akhirnya, mereka memutuskan memakirkan kendaraan di bibir sungai.

Baca juga: Dramatis, Begini Detik-detik Penyelamatan 2 Warga Lumajang yang Terjebak Banjir Lahar Selama 12 Jam

Mereka kemudian melepas sepatu, dan menerabas sungai dengan bertelanjang kaki.

Setelah berhasil melewati sungai, mereka disambut para murid yang sudah menunggu.

Para guru langsung memeluk dan menanyakan satu per satu kabar muridnya, setelah beberapa hari lalu Sungai Regoyo diterjang banjir lahar.

Banyak di antara mereka meneteskan air mata.

Setelah saling melepas rindu, para guru ini kemudian sedikit memberi materi pelajaran kepada para murid. Mereka memang tidak bisa berlama-lama bertemu, karena biasanya melewati pukul 09.00 WIB, kawasan puncak Gunung Semeru mendung. Jika terjadi hujan, Sungai Regoyo terancam kembali diterjang banjir lahar.

Eri Eliyawati mengatakan, memang setelah dam di atas Sungai Regoyo terputus, banyak warga terisolir. Dam tersebut merupakan akses jalan satu-satunya penghubung antardusun. Sedikitnya, kini sekitar 43 murid SD di Dusun Sumberlangsep tak bisa pergi ke sekolah.

Hal yang lebih memprihatinkan setelah dam putus diterjang banjir lahar, pihak sekolah tak bisa berbuat banyak. Sekolah daring mustahil dilakukan, karena di kawasan perbukitan sinyal internet sering tidak stabil. Hal inilah yang membuat para guru akhirnya nekat mendatangi para murid di wilayah terisolir.

"Karena sudah mulai ditangani secara darurat, akhirnya kami nekat mendatangi para murid," katanya.

Untuk sementara waktu, pihak sekolah melarang para murid datang ke sekolah. Sebab selain arus sungai cukup deras, banjir lahar Gunung Semeru juga masih sering mengancam. Sangat berisiko pada keselamatan para murid jika tetap nekat ke sekolah. 

Namun, untuk memastikan para murid mendapat ilmu pelajaran selama dam belum tertangani, pihak sekolah akan tetap mengadakan pembelajaran di pinggir sungai. 

"Dua hari sekali ketemuan di bibir sungai. Kalau setiap hari terlalu berat, apalagi anak-anak kan masih banyak yang trauma. Jadi kemarin kebijakan kepala dibuat dua hari sekali," ujarnya.

Sementara itu, Adit (10) salah seorang murid, mengatakan selama beberapa hari terakhir tidak sekolah membuat dirinya ketinggalan materi pelajaran. Ia berharap secepatnya di dusunnya dibangun jalan alternatif pengganti dam yang putus. Supaya warga bisa kembali beraktivitas normal.

"Kemarin-kemarin gak bisa sekolah, baru sekarang ketemu guru, tapi pinginnya belajar di sekolah," pungkasnya.

Berita Terkini