Hal itu dimungkinkan terjadi karena terdapat kabel yang langsung menghubungkan gawai milk Vulcano dengan kamera video di tribune.
Adanya perangkat headset kian memudahkan mereka dalam berkomunikasi.
Data dari Vulcano lantas jadi salah satu pertimbangan Pioli untuk membuat keputusan, baik itu pergantian pemain sampai perubahan taktik.
Jadi, kecermatan Pioli musim ini dalam membaca arah pertandingan sedikit banyak dipicu oleh kerja keras Vulcano dkk.
Kehadiran tim analis data tersebut bisa dikatakan sebagai salah satu jimat bagi AC Milan bisa merengkuh Scudetto musim ini.
“Kami bisa saling berkomunikasi selama pertandingan dan melalui asisten pelatih, kami kerap mendapatkan masukan dan memberikan kontribusi,” kata Gianmarco Pioli dalam sebuah video di kanal YouTube AC Milan.
Pendekatan Berbasis Data Kesibukan Vulcano dan tim pada hari pertandingan sudah cukup mendeskripsikan fokus besar AC Milan terhadap data dan statistik.
Kedatangan Elliott Management sebagai pemegang saham mayoritas klub pada 2018, membawa pendekatan baru bagi AC Milan.
Pada masa kejayaan klub di bawah kepemimpinan Presiden Silvio Berlusconi, persisnya pada akhir 1980-an sampai awal milenium, Rossoneri dikenal sebagai klub yang royal mengeluarkan uang untuk membeli bintang.
Elliot Management memilih melangkah secara lebih terukur dengan data serta statistik sebagai pedoman menentukan arah tujuan.
Data salah satunya dipakai AC Milan era Elliott Management sebagai kompas pemandu mereka di bursa transfer.
AC Milan memfokuskan diri untuk merekrut pemain muda bertalenta ketimbang bintang besar berbanderol mahal dengan gaji tinggi.
Muncullah kemudian nama-nama seperti Rafael Leao, Theo Hernandez, Alexis Saelemaekers, Pierre Kalulu, Fikayo Tomori, Sandro Tonali, sampai yang paling gres Mike Maignan.
“Dia (Theo Hernandez) adalah pemain yang kami kenal sejak di Atletico Madrid U-17 dan U-19.
Ini adalah pekerjaan yang berlangsung selama empat sampai lima tahun,” kata Kepala Pemandu Bakat AC Milan, Geoffrey Moncada.