Berita Trenggalek

Kisah Pria Trenggalek Merantau 30 Tahun Dikira Sudah Meninggal: Bapak Pulang Tidak Bawa Apa-apa

Penulis: Aflahul Abidin
Editor: Ndaru Wijayanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ali Fattah, Surti, dan Kapolres Trenggalek di Desa Ngadisuko, Kecamatan Durenan, Senin (27/6/2022) saat berbincang lewat sambungan video dengan Muhadi (72) pria yang dikira sudah hilang 30 tahun dan dikira sudah meninggal

Pertemuan virtual itu memang difasilitasi oleh Polres Trenggalek dan Polres Labuhanbatu, Sumatera Utara.

Terjalinnya kembali kabar keluarga itu dimulai dari media sosial, juga kecekatan polisi menyambungkan informasi.

Kabar yang dihimpun Tribunmataraman.com, Muhadi beberapa tahun terakhir hidup terlantar di Labuhanbatu Utara.

Cerita bahwa dia merupakan warga Jatim yang sudah puluhan tahun tak pulang dan lepas kontak dengan keluarga didengar oleh anggota polisi setempat.

Kabar itu kemudian meluas hingga ke media sosial. Polisi Labuhanbatu kemudian mengimunikasikannya dengan polisi di Kabupaten Trenggalek.

Setelah ditelusuri, keberadaan keluarga Muhadi akhirnya ditemukan, Minggu (26/6/2022). Mereka tinggal di Desa Ngadisuko, Kecamatan Durenan.

Dalam perbincangan virtual itu, Surti tak kuasa berkata-kata. Suaminya berkali-kali mengajaknya berbincang. Tapi, Surti hanya terisak sembari sesekali menghapus air matanya.

"Saya (sampaikan) terima kasih," kata Surti, kepada Kapolres Trenggalek AKBP Dwiasi Wiyatputera.

Tentu saja, keluarga Muhadi di Trenggalek tak tinggal diam ketika sang ayah hilang kontak.

Ali Fattah sempat mencoba mencari keberadaannya.

"Saya cari sampai ke Jambi. Tidak ketemu. Balik lagi karena kehabisan uang," terang Ali.

Adik Ali pun sempat berencana untuk kembali pergi mencari sang bapak. Tapi hal itu urung dilakukan.

"Saya larang. Bapak sudah hilang. Saya khawatir adik nanti hilang juga," tutur Ali.

Sementara Muhadi tampak begitu bersemangat ketika berbincang dengan Ali dalam panggilan video itu.

Ia seperti tak sabar ingin segera pulang. 

"Tapi bapak pulang tidak bawa apa-apa," kata Muhadi, dalam bahasa Jawa.

Ali yang awalnya terharu pun tertawa mendengar kata-kata bapaknya.

"Yang penting selamat sampai rumah, Pak," timpalnya.

Berita Terkini