Berita Jatim

Pengakuuan Korban Eksploitasi di SPI, Dipekerjakan tapi Tak Digaji hingga Lihat Teman Ditempeleng

Penulis: Luhur Pambudi
Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wiwik saat ditemui awak media di depan Gedung Ditreskrimum Mapolda Jatim, Selasa (2/8/2022)

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA-WS menjadi satu di antara korban kasus eksploitasi ekonomi anak di bawah umur, yang menyeret Julianto Eka (JE) pendiri Sekolah SPI Kota Batu, Jatim.

Selama 3,6 tahun bersekolah SMA di Yayasan SPI, perempuan asal Jombang itu, mengaku menjadi korban eksploitasi ekonomi oleh JE dan pihak pengurus yayasan sekolah tersebut.

Di sana ia dipekerjakan dalam divisi pertanian di dalam sebuah program pembinaan sekolah bernama 'Kampung Kids'.

WS mengakui, mulai dipekerjakan saat menginjak kelas dua SMA, atau saat usianya menginjak 17 tahun.

Dalam divisi tersebut, ia diminta bertanggung jawab atas proses perawatan tanaman yang dikelola dalam kampung kids tersebut.

Setiap hari, Wiwik merawat tanaman palawija, mulai pukul 15.00-17.00 WIB. Bukan cuma dirinya, hampir seluruh teman angkatan yang bersekolah di yayasan tersebut, menjalani hal serupa.

Namun, ada yang dieksploitasi untuk menjalankan unit usaha yang dikelola yayasan tersebut. Mulai dari divisi perdagangan, merchandise, peternakan, ada produksi, dan pemasaran.

Jangan tanya soal gaji. Perempuan berkerudung itu menegaskan, dirinya beserta semua teman-temannya kala itu, sama sekali tidak pernah memperoleh upah ataupun gaji dari hasil jerih payah memeras keringat merawat kampung kids tersebut.

"Saya sebagai berada di divisi pertanian. Saya di divisi pertanian, saya diminta untuk membuka lahan seperti mencangkul, menanam, nanti ada perawatannya, bahkan harus sampai mendapatkan hasil yang memuaskan," ujarnya saat ditemui awak media di Mapolda Jatim, Selasa (2/8/2022).

Di singgung mengenai perlakuan kasar atau tindakan kekerasan yang diterima selama tinggal di sana.

WS mengaku dirinya tidak pernah mengalami perlakuan kasar tersebut. Namun, ia kerap melihat beberapa temannya memperoleh perlakuan kasar; ditempeleng, dari beberapa orang pembina di yayasan tersebut.

"Ada yang ketahuan merokok. Terus mencuri kabel. Ketahuan pacaran. Keteledoran pekerjaan, seperti mungkin belum selesai pekerjaannya tapi ditinggal," tuturnya.

Mengapa beberapa orang korban bahkan termasuk dirinya, baru berani melaporkan perlakuan tindakan eksploitasi ekonomi yang sebenarnya telah terjadi sejak 13 tahun silam, yakni 2009, pada saat dirinya sudah dewasa, pada tahun 2022.

WS menegaskan, dirinya dan hampir semua temannya merasa takut dengan ancaman dan intimidasi yang beberapa kali disampaikan oleh si terlapor yakni JE.

Halaman
12

Berita Terkini