Berita Surabaya

Kasus DBD di Surabaya Capai Ratusan Kasus, Pemkot Sebut Ada Potensi Kenaikan karena Musim

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemantauan jentik nyamuk pada tempat penampungan air menjadi salah satu startegi mengantisipasi habitat nyamuk Aedes Aegypti, pembawa virus dengue yang menyebabkan penyakit Demam Berdarah

Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Bobby Constantine Koloway

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Timur menujukkan peningkatan. Kota Surabaya secara khusus melakukan berbagai antisipasi.

Data Dinas Kesehatan Surabaya, jumlah kasus mencapai 187 kasus.

"Hingga saat ini, jumlah kasus tertinggi terjadi pada bulan Februari," kata Kepala Dinkes Surabaya, Nanik Sukristina di Surabaya, Kamis (6/10/2022).

Dinkes Surabaya saat ini mewaspadai adanya potensi kenaikan kasus menjelang musim penghujan.

Di antaranya, dengan mengantisipasi habitat Aedes Aegypti, nyamuk pembawa virus dengue yang menyebabkan penyakit Demam Berdarah.

Mengingat, peralihan musim dari kemarau menuju musim penghujan membuat cuaca cukup ekstrim. Hujan bisa turun disertai dengan cuaca panas yang terik dan menyengat.

"Iklim seperti ini sangat berisiko meningkatkan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti," kata Nanik.

Ia menjelaskan, nyamuk aedes aegypti sangat agresif dengan suhu panas. Biasanya, nyamuk ini aktif di pagi dan sore hari, dan mempunyai kecenderungan menggigit di dalam ruangan.

Baca juga: Jumlah Pasien Demam Berdarah di Tuban Melonjak, Tiga Orang Meninggal Dunia

"Nyamuk ini aktif saat masyarakat, terutama anak-anak, sedang beraktivitas. Baik saat belajar di sekolah maupun saat bermain di rumah," katanya.

"Nyamuk juga biasanya suka berada di tempat-tempat yang lembab dan gelap. Serta, pakaian yang digantung dan tumpukan barang lainnya," tandasnya.

Pada musim penghujan, habitat nyamuk ini juga biasa muncul pada genangan air di sekitar rumah. Bahkan, memanfaatkan berbagai barang yang bisa menampung air.

Mulai bekas kaleng, ember, botol, bekas, cekungan pada batang kayu, tempurung kelapa ataupun talang yang tersumbat. "Bahkan, hal kecil seperti air pada tutup botol yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti," katanya.

Oleh karenanya, pihaknya mengajak peran serta masyarakat. Semua pihak harus bersinergi. Mulai sekadar mengingatkan hingga saling menjaga kebersihan di lingkungan tempat tinggal masing-masing.

"Ada berbagai upaya penting yang paling efektif, murah dan aman yang harus dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit DBD," tandasnya.

Di antaranya, gerakan 3 M. Yakni, menguras/membersihkan penampungan air, menutup rapat penampungan air, dan memanfaatkan kembali barang bekas yang berpotensi menjadi habitat nyamuk.

Kemudian menyiapkan Juru pemantau jentik (jumantik), minimal 1 rumah 1 jumantik. "Kami serentak dan terus menerus oleh seluruh masyarakat bersama stake holder mulai dari tingkat RT /RW, Kelurahan, Kecamatan, bersama dengan Puskesmas dan Kader Kesehatan," katanya. (bob)

Cara Lain Mencegah Sekaligus Mengurangi Risiko Tergigit Nyamuk:

- Menanam tanaman pengusir nyamuk

- Memelihara ikan pemakan jentik

- Memasang kasa nyamuk

- Menggunakan kelambu

- Menggunakan lotion anti nyamuk

- Menghindari menumpuk barang-barang dan menggantung pakaian karena akan menjadi tempat peristirahatan nyamuk.


Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkini