Salah satu penyebabnya terjadi pola belokan angin dan perlambatan kecepatan angin sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan hujan.
Hal itu bersamaan dengan fenomena aktif gelombang atmosfer Equatorial Rossby dan terjadi anomali suhu muka laut di perairan Jawa Timur yakni antara +0.5 hingga +2.5 derajat celsius.
Akibatnya membuat suplai uap air di atmosfer meningkat.
"Fenomena ini mempengaruhi pembentukan awan Cumulonimbus yang semakin intens dan berpotensi mengakibatkan cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, puting beliung bahkan fenomena hujan es yang berpotensi berlangsung hingga sepekan kedepan," bebernya.
BMKG mengimbau masyarakat paham dan melakukan mitigasi terkait potensi terjadinya bencana hidrometeorologi misalnya membersihkan saluran air dan sungai, pemangkasan pohon serta reklame.
Berita Mojokerto lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com