Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sofyan Arif Candra
TRIBUNJATIM.COM, TRENGGALEK - Status tanggap darurat bencana alam Pemkab Trenggalek telah dicabut pada 31 Desember 2022.
Seiring dengan itu, pemerintah setempat tengah fokus pada aspek pemulihan dampak bencana yang terjadi pada bulan Oktober hingga November 2022 lalu.
"Saat ini kita memasuki fase rehabilitasi rekonstruksi, fase pemulihan dampak bencana alam" kata Kalaksa BPBD Trenggalek, Stefanus Triadi, Jumat (13/1/2023).
Fase pemulihan yang dimaksud meliputi perbaikan jembatan hingga plengsengan, serta relokasi rumah warga terdampak bencana hidrometeorologi banjir dan longsor.
"Fase Pemulihan ini melibatkan baik pemerintah daerah, provinsi hingga pemerintah pusat," lanjutnya.
Baca juga: Status Tanggap Darurat Bencana di Trenggalek Berlaku hingga Akhir Tahun, Curah Hujan Masih Tinggi
Ia merinci dalam bulan Oktober - November terjadi bencana alam banjir yang terjadi di 30 desa/kelurahan dari lima kecamatan.
Selain itu terjadi tanah longsor di 52 lokasi dari 23 desa di delapan kecamatan mengakibatkan beberapa warga terpaksa direlokasi yaitu 29 rumah warga Desa Sumurup di Kecamatan Bendungan.
"Mereka terpaksa direlokasi lantaran rumah mereka sudah tidak layak huni akibat longsor," jelas Triadi.
Dari 29 warga Sumurup tersebut, sebanyak 25 warga diantaranya direlokasi di lahan milik Pemerintah Provinsi, sementara yang lainnya menempati lahannya masing-masing.
Selain beberapa warga Sumurup, relokasi juga dilakukan pada 14 rumah warga di Desa Pandean, Kecamatan Dongko.
Baca juga: Diterjang Banjir, Status Tanggap Darurat Trenggalek Berlangsung sampai Akhir Bulan
Baca juga: Trenggalek Masuk Daerah Rawan Bencana, Bupati Mas Ipin Ajak Petani Manfaatkan Hutan Tanpa Merusak
Saat ini mereka tinggal di rumahnya masing-masing sembari proses perbaikan. Namun jika sewaktu-waktu bencana melanda telah disiapkan bekas bangunan SDN 3 Dongko yang tidak terpakai.
Lebih lanjut, untuk perbaikan pemulihan dampak bencana itu, akan mengolaborasikan anggaran dari pemerintah daerah, provinsi hingga pusat.
Mulai dari perbaikan tiga jembatan dari tujuh jembatan di wilayah Kecamatan Watulimo dan Munjungan yang putus akibat bencana banjir hingga biaya relokasi 29 rumah warga di Sumurup tersebut.
"Selain dari daerah, kemudian BTT Provinsi, kita juga mengajukan anggaran pemulihan dampak bencana dari BNPB, misalnya untuk perbaikan plengsengan dan lain sebagainya. Mudah-mudahan segera turun," ucap Triadi.
Baca juga: Ingin Ambil Bola, Balita di Trenggalek Malah Jadi Korban Peluru Nyasar, Pengobatan Terkendala Biaya
Untuk diketahui, selain relokasi rumah warga terdampak bencana, sejumlah jembatan di wilayah Kecamatan Watulimo dan Munjungan yang sebelumnya putus telah diperbaiki.
Diantaranya jembatan di Desa Sawahan Watulimo, jembatan Bangun di Kecamatan Munjungan dan jembatan penghubung wilayah Kecamatan Watulimo - Munjungan.
Sementara jembatan lainnya diperbaiki secara bertahap dan sebagian diantaranya dilakukan swadaya masyarakat.
Meskipun status darurat telah dicabut, Triadi mengimbau kepada masyarakat tidak lengah.
Pasalnya berdasarkan perkiraan cuaca BMKG saat ini masih memasuki musim penghujan yang diperkirakan puncaknya terjadi pada akhir Januari.
Hujan itu berpotensi menyebabkan banjir dan longsor di sebagian wilayah.
"Memang sekitar 3 sampai 4 hari ini di Trenggalek panas, tidak terjadi hujan seperti biasanya, namun tidak menutup kemungkinan juga bisa terjadi hujan sewaktu-waktu. Kita antisipasi bersama dampak potensi bencana hidrometeorologi itu," tutupnya