Rios menegaskan, golongan darah bukanlah sesuatu yang dipertimbangkan oleh ahli diet saat memberi terapi nutrisi medis.
"Sebagai ahli diet, kami fokus pada pasien sebagai individu," tambahnya.
"Hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan termasuk riwayat kesehatan, penyakit kronis, gaya hidup saat ini, alergi makanan, intoleransi makanan, kepekaan, stres, dan pencernaan," kata dia.
Menurutnya, diet golongan darah justru akan sangat membatasi konsumsi makanan seseorang.
Selain itu, diet tersebut jika tak dibimbing oleh ahli diet terdaftar maka justru bisa menyebabkan masalah kesehatan.
Ia mengingatkan ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum seseorang mengecualikan makanan tertentu dari dietnya.
Sebagai contoh jika seseorang berisiko terkena darah tinggi atau jantung kemudian mengikuti diet golongan darah yang tipe O, maka hal ini justru bisa menimbulkan masalah.
Pasalnya sesuai program diet golongan darah O, maka seseorang diharuskan memperbanyak makan daging merah.
Pada dasarnya para ahli gizi lebih menyarankan keseimbangan dalam diet secara keseluruhan seperti mengkombinasikan makanan kaya protein tanpa lemak dengan sayuran dan biji-bijian yang kaya vitamin.
Sejarah diet golongan darah
Diet golongan darah bermula dari buku tahun 1996 berjudul Eat Right 4 Your Type yang ditulis oleh dokter naturopati dr. Peter D'Adamo.
Adapun tujuan dari diet ini adalah memberikan makanan yang optimal bagi golongan darah O, A, B, dan AB.
Klaim dari cara diet ini menurut buku tersebut adalah karena golongan darah dianggap berfungsi sebagai peta sejarah leluhur dan genetika.
Berikut ini gambaran program diet berdasarkan golongan darah menurut aturan tersebut:
Tipe A: Menurut D'Adamo, orang yang bergolongan darah A harus menghindari daging terutama daging merah.