Ilustrasi aplikasi Chat GPT yang disebut bakal berbayar.
TRIBUNJATIM.COM - Usai Chat GPT milik OpenAI meraih popularitas dengan sukses menarik 100 juta pengguna hanya dalam kurun dua bulan.
Berbagai raksasa teknologi dunia juga tak mau ketinggalan untuk merilis chatbot.
Seperti halnya Google dengan Bard dan mesin pencari asal Cina, Baidu.
Lantas, sebenarnya apa itu chatbot?
Bagaimana cara kerja dan apa saja jenisnya?
Apa itu Chatbot?
Dilansir dari situs Investopedia, chatbot adalah program komputer yang melakukan simulasi percakapan manusia dengan perintah suara, teks, maupun keduanya.
Chatbot juga dikenal dengan beberapa nama, antara lain chatterbot, talkbot, interactive agent, bot, IM agent, atau artificial conversation entity.
Kata ‘chatbot’ pertama kali muncul sekitar tahun 1992.
Namun, program perangkat lunak serupa yang disebut sebagai ELIZA sudah ada pada tahun 1960-an.
Dibangun oleh seorang profesor dari perguruan tinggi terkemuka MIT (Massachusetts Institute of Technology) Joseph Weizenbaum.
Dimaksudkan untuk berperan sebagai terapis yang dapat berempati.
Chatbot dikembangkan oleh program otomatis agar memungkinkan kesempatan untuk berinteraksi dengan manusia.
Bahkan dapat menggantikan layanan pelanggan, meningkatkan keterlibatan teknologi, dan membantu agen manusia dengan kehadiran kecerdasan buatan (AI/Artificial Intelligence).
Teknologi otomasi yang digunakan mampu menciptakan komunikasi berbahasa alami dengan pengguna hingga akhir obrolan.
Cara Kerja Chatbot
Dalam memahami cara kerja chatbot, menurut Spiceworks, pengembang harus mempertimbangkan tiga mekanisme inti untuk menjalankannya.
Ketiga sistem tersebut, yaitu proses berbasis aturan (rules-based processes), pengambilan keputusan atas dasar AI (AI-driven decision-making), dan intervensi oleh manusia secara langsung (live agent intervention).
Chatbot yang berorientasi aturan telah diprogram sesuai ‘buku petunjuk’ perusahaan.
Contohnya ketika menekan ‘ya’ akan muncul penjelasan tertentu, begitu pula dengan tombol ‘tidak’. Untuk teknologi AI dalam pengambilan keputusan, berusaha mengenali struktur kalimat, memahami, dan menjawab. Dapat ditemukan pada ChatGPT dan Bard, chatbot milik Google.
Sementara obrolan langsung (live agent) akan berperan sebagai penghubung konsumen ke tim CS.
Namun, terlepas dari segalanya Chat GPT dikabarkan bakal meluncukan layanan berbayar dalam waktu dekat.
Setidaknya begitu menurut sejumlah laporan pengguna yang beredar di internet, salah satunya adalah seorang pengembang kecerdasan buatan (AI) di Twitter bernama Zahid Khawaja.
Melalui akun Twitter dengan handle @chillzaza_, ia sudah bisa menikmati layanan berbayar Chat GPT yang dijuluki "ChatGPT Pro" dengan harga berlangganan 42 dollar AS (sekitar Rp 630.000) per bulan.
Dengan membayar biaya berlangganan, pengguna Chat GPT Pro, apabila mengacu pada postingan Zahid di atas, konon bakal bisa menikmati sejumlah fitur ekstra. Salah satunya adalah mendapatkan benefit respons chatbot yang lebih cepat dari biasanya.
Selain itu, pelanggan Chat GPT Pro juga kabarnya bakal bisa menggunakan sejumlah fitur-fitur baru Chat GPT untuk pertama kalinya. Tidak disebutkan apakah ada fitur-fitur khusus yang bisa dinikmati pelanggan Chat GPT Pro.
Belum bisa dipastikan apakah laporan yang beredar di internet mengenai ChatGPT Pro ini akurat atau tidak. Sebab, OpenAI belum mengonfirmasi atau mengumumkan secara resmi layanan Chat GPT Pro ke publik.
Yang jelas, perusahaan AI tersebut sempat mengatakan beberapa waktu lalu bahwa mereka tengah mencari cara untuk memonetisasi layanan ChatGPT, salah satunya mungkin dengan menghadirkan Chat GPT Pro tadi.
Beda Chat GPT dan Chat GPT Pro
Seperti disebutkan di atas, OpenAI belum mengumumkan kapan Chat GPT Pro bakal meluncur, namun sebelumnya mereka menjelaskan bahwa ada sejumlah perbedaan antara Chat GPT "reguler" dan Chat GPT Pro.
Perbedaan Chat GPT gratis dan berbayar adalah seperti berikut:
Bisa menjawab pertanyaan dengan lebih spesifik dengan respons yang akurat dan "menyerupai manusia"
Memiliki peningkatan performa dan bisa menjalankan sejumlah tugas spesifik dalam beberapa penggunaan
Bisa digunakan sebagai API di dalam sebuah aplikasi, sehingga aplikasi tersebut bisa dibekali dengan fungsi-fungsi ChatGPT Pro
Bisa menerima lebih banyak pertanyaan pengguna dari layanan ChatGPT biasa Memiliki performa yang lebih baik untuk menjawab pertanyaan berdasarkan konteks Biaya
Dengan adanya perbedaan ini, pengguna ChatGPT Pro dipastikan bakal bisa menikmati berbagai fitur ekstra dan merasakan kemampuan Chat GPT sesungguhnya, sebagaimana dirangkum KompasTekno ( TribunJatim.com Network ) dari Mashable, Selasa (24/1/2023).
Terlepas dari kabar kehadiran ChatGPT Pro yang belum dikonfirmasi langsung oleh OpenAI, satu hal yang pasti bahwa pengguna masih bisa memakai layanan Chat GPT secara gratis seperti biasanya.
Kehadiran Chat GPT Pro, jika memang benar adanya, mungkin bakal berfungsi sebagai opsi tambahan bagi pengguna yang berminat dan memiliki kebutuhan khusus saja, atau mereka yang ikhlas membayar Rp 630.000/bulan untuk berlangganan chatbot.