TRIBUNJATIM.COM - Chat GPT, chatbot buatan OpenAI, tengah viral di media sosial hingga menjadi pembicaraan.
Chatbot milik OpenAI dapat melakukan percakapan walau kurang sempurna.
Caranya, pengguna mengajukan pertanyaan, lalu mesin mengirimkan jawaban yang terlihat cukup hidup, cerewet, terkadang lucu atau sedikit meleset.
Selain itu, ia juga bisa mengakui batas kemampuannya.
Misalya, ketika ditanya pendapatnya tentang presiden pertama Indonesia, Chat GPT memberi jawaban, ”Sebagai model bahasa besar yang dilatih oleh OpenAI, saya tidak memiliki pendapat atau keyakinan pribadi. Tujuan saya adalah untuk membantu pengguna menghasilkan teks seperti manusia berdasarkan masukan yang diberikan kepada saya. Saya tidak memiliki kemampuan untuk membentuk opini atau pemikiran pribadi,” tulisnya.
Kata atau istilah yang memiliki beberapa arti juga dapat membuat jawabannya meleset.
Misal bertanya dengan tentang panas, Chat GPT menganggap istilah tersebut sebagai populer atau kabar yang sedang hangat. Setelah ditekan kata panas mengacu ke api, barulah mendapat jawaban yang cocok.
Tapi, apa itu Chat GPT ?
adalah proyek dari organisasi OpenAI dan upaya untuk membuat "berbicara" dengan AI terasa halus dan alami, hampir seperti percakapan antarmanusia.
Pengguna dapat mengajukan pertanyaan di sebuah kotak, seperti pesan instan pada umumnya.
Chat GPT akan menjawab pertanyaan dengan kalimat lengkap, mencoba meniru ritme percakapan.
Namun, karena Chat GPT tidak memiliki kepribadian, ia hanya dapat menggabungkan pengetahuan yang dikumpulkan dari banyak sumber, ditambah dengan pelatihan dari manusia.
“Sebagai model pembelajaran mesin, saya tidak punya perasaan,” jawaban model akan memberi tahu pengguna jika bertanya bagaimana rasanya. “Saya dirancang untuk memproses dan menghasilkan teks berdasarkan masukan yang saya terima.”
“Modelnya sering terlalu bertele-tele dan menggunakan frasa tertentu secara berlebihan, seperti menyatakan kembali bahwa ia adalah model bahasa yang dilatih oleh OpenAI,” tulis perusahaan pembuat.
Filosofi OpenAI adalah untuk merilis model ini ke alam liar sebelum semua pagar dipasang, dengan harapan umpan balik dari pengguna akan membantu perusahaan menemukan dan mengatasi bahaya berdasarkan interaksi di dunia nyata.