Pihak keluarga menyatakan kematian Bripka AF janggal.
Kerabat Bripka AF, Tasman Sipayung, mengatakan, sebelum meninggal korban pernah mengaku capek ditekan mengenai kasus pajak dan akan membongkar sindikat penggelapan di Samsat Samosir kepada istrinya.
Tasman mengatakan, yang membuat keluarga tidak yakin korban bunuh diri lantaran yang bersangkutan sudah melunasi sebagian uang yang telah digelapkan.
Menurut Tasman, ada Rp 650 juta uang yang sudah dikembalikan Bripka AF.
Jika dihitung, masih ada Rp 80 juta yang harus dikembalikan.
Baca juga: Sebelum Kades di Banten Tewas Disuntik Racun oleh Mantri, Bu Kades Beri 1 Benda, Lalu Momen Berubah
Melihat kasus ini, Hotman Paris menyampaikan pendapat khususnya.
Ada firasat sang pengacara bahwa kematian Bripka AS atau Bripka Arfan Saragih ini bukan bunuh diri tetapi dibunuh.
Hal itu diperkuat dari jasad Bripka Arfan Saragih saat ditemukan.
"Salam Hotman 911, Hotman 911 mengimbau kepada Bapak Kapolri dan Bapak Kadiv Propam Mabes Polri agar kiranya misteri kematian polisi Bripka AS di tanah batak, di Pulau Samosir dipindahkan pemeriksaannya dari Polda Sumatera Utara ditarik ke Mabes Polri," ungkap Hotman Paris, dikutip TribunJatim.com dari Instagramnya via Wartakotalive.com
Dirinya menduga, pemicu kematian berkaitan dengan masalah yang tengah dihadapi Bripka AS di lingkungan kerjanya.
Dugaan itu menguat merujuk kematian Bripka AS yang janggal, yakni Bripka AS secara tiba-tiba ditemukan tewas setelah meminum racun sianida.
"Karena sepertinya ada keanehan dalam kematiannya tersebut, sepertinya ada kaitannya-ada kaitannya dengan masalah yang dia (korban) hadapi belakangan ini terkait dengan sesama oknum polisi di Kepolisian di mana dia bekerja," ungkapnya.
"Kok tiba-tiba bisa oknum polisi makan racun sianida, aneh bin ajaib," ujarnya.
Terkait hal tersebut, Hotman Paris meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk segera memindahkan kasus ke Mabes Polri.
Sehingga, penyelidikan kasus dapat berjalan secara objektif, dan membongkar siapa dalang di balik kematian Bripka AS.