"Di sini, kalau ketinggalan bus, harus menunggu dua jam lagi," imbuhnya.
Di sisi lain, Cha Sa-soon juga belajar materi mengemudi sejak subuh sekitar jam 4 pagi dan sebelum tidur.
Dengan bantuan kacamata, ia mempelajari buku-buku yang sudah usang menjelang ujian SIM.
Cha Sa-soon yang sudah mempelajari materi mengemudi, awalnya gagal pada tes audio di mana pertanyaan dibacakan kepada peserta tes.
Ia kemudian beralih ke tes normal, namun belum mampu memahami beberapa istilah, seperti "regulations" dan "emergency light".
Di sisi lain, Cha Sa-soon juga menghadapi tes tertulis selama 50 menit yang berisikan 40 butir pertanyaan pilihan ganda soal aturan jalan raya dan perawatan mobil.
"Apa yang ia lakukan pada dasarnya saat belajar sendirian adalah menghafal sebanyak mungkin pertanyaan dengan jawaban tanpa selalu tahu artinya," kata petugas di lokasi ujian SIM, Choi Young-chul.
"Tidak mudah untuk lulus ujian dengan cara itu (menghafal)," sambungnya.
Cha Sa-soon yang terus-menerus gagal ujian SIM ternyata memiliki track record yang positif karena tes yang ke-949 kali menunjukkan kenaikan nilai.
Melihat perjuangan Cha Sa-soon yang begitu kuat, pengajar di Sekolah Mengemudi Jeonbuk turun tangan untuk mengajari wanita tua ini.
Baca juga: Pakai SpeedCash E-Samsat, Masyarakat Jawa Timur Bisa Bayar Pajak Kendaraan Secara Online
Mereka memberi Cha Sa-soon pelajaran tambahan walau ia kesulitan untuk memahami terminologi dalam mengemudi.
Kerja keras pengajar di Sekolah Mengemudi Jeonbuk akhirnya membuahkan hasil pada November 2010.
Cha Sa-soon yang menjalani ujian SIM ke-950 mendapatkan nilai 60 dari 100.
Ia juga lulus dua keterampilan mengemudik dan ujian jalan, namun baru berhasil setelah gagal sebanyak empat kali pada setiap tes.
Cha Sa-soon mengaku, ia harus membayar 5 dolar AS atau Rp 75.000 untuk biaya pendaftaran sebelum mengikuti ujian SIM.