Berita Surabaha

Mewahnya Rumah Kepsek di Surabaya yang Tilap Dana Guru SD Rp 2,3 Miliar, Dibangun di Pasar Bedak

Penulis: Nuraini Faiq
Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Megah - Rumah Pensiunan Kasek H Muhammad Iskak di Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Surabaya, yang diduga dibangun dari menilap dana para guru SD melalui KPRI Tegar.

Persis bersebelahan dengan teras rumah, berjajar kursi dan meja kedai kopi. Mirip cafe. Namun sepertinya sudah tidak aktif.

Selain menilap Rp 2,3 miliar untuk bangun rumah, Iskak juga mengakui kalau pria tiga anak ini juga menggunakan dana KPRI guru-guru SD untuk kelola pasar.

Pantauan Tribun Jatim Network di lokasi, memang ada pasar bedak yang lebih ramai dari pasar Wonorejo milik Pemkot Surabaya.

Surya berhasil menemui Iskak untuk membedah pasar tersebut. Iskak mengakui dia membeli lahan di situ kemudian dibuat pasar bedak. Ada 30 bedak. Oleh mantan Kasek ini sewa-sewakan bedaknya.

"Ada yang sebulan Rp 500.000," kata Iskak.

KRONOLOGI LENGKAP Kepsek di Surabaya Tilap Uang Guru Rp 2,3 M

Ratusan guru SD di Kecamatan Rungkut Surabaya membentuk paguyuban korban Koperasi Tegar. Begini kronologi lengkap kepsek di Surabaya tilap uang koperasi.

Guru-guru ini adalah anggota KPRI Tegar yang menjadi korban penilapan kepala sekolah (kepsek) mereka sendiri dengan total dana yang ditilap mencapai Rp 2,3 miliar.

Kepala sekolah tersebut adalah H Muhammad Iskak yang saat ini Bendahara Koperasi Tegar. Selama dua puluh tahun, Iskak menjabat sebagai bendahara koperasi yang beranggotakan guru-guru PNS SD.

Sebelumnya ada yang menyebut Iskak adalah ketua Koperasi Tegar.

Selain karena pernah menjabat Kasek di sejumlah SDN di Kecamatan Rungkut, para guru itu percaya penuh karena rumah Iskak terlihat megah. Punya bisnis kos kosan dan punya persewaan lapak pasar.

"Kan sudah lama megang koperasi. Jadi kami percaya," kata Ketua Paguyuban KPRI Tegar Anselmus Kamis (22/6/2023).

Namun kepercayaan ratusan guru SD itu diabaikan Iskak. Total dana KPRI itu sebenarnya sebanyak Rp 2,8 miliar.

Saat dilakukan audit bersama anggota dalam pembukuan menyisakan Rp 2,3 miliar. Namun dana ini tidak berwujud.

Sebanyak 170 lebih anggota KPRI pun panik. Mereka awalnya secara baik-baik menagih uang seluruh anggota.

Halaman
123

Berita Terkini